Panen Raya, Harga Kopi di Bengkulu Turun
Harga kopi di Bengkulu bikin petani sedih-Sumber foto: Koranradarkaur.id-
BENGKULU – Saat sedang panen raya, kini harga kopi di Bengkulu turun. Akibatnya, sepanjang musim panen raya sejak Juli 2025 bikin petani sedih. Pada awal panen sebelumnya sempat berada di harga Rp65 ribu kini turun Rp 57 ribu/Kg. Sedangkan Kopi jenis petik merah yang biasanya dihargai Rp 70 ribu/Kg kini tinggal Rp 65 ribu. Bahkan, kopi arabika yang dikenal punya kualitas premium turun drastis dari Rp 150 ribu/Kg menjadi hanya Rp 100 ribu/Kg.
Lebih lanjut, untuk jenis kopi bubuk asalan yang sebelumnya dihargai Rp 150 ribu/Kg turun menjadi Rp130 ribu per kilogram. Sedangkan kopi petik merah yang sebelumnya dijual seharga Rp 200 ribu/Kg kini hanya Rp1 80 ribu/Kg. Penurunan paling drastis terjadi pada kopi bubuk jenis arabika, yang jatuh dari Rp 300 ribu menjadi Rp 250 ribu per kilogram.
Kepala Seksi Perkebunan Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan (TPHP) Provinsi Bengkulu Johan Syahneri menuturkan, fluktuasi harga ini merupakan dampak langsung dari gejolak pasar kopi dunia.
BACA JUGA:Pemprov Bengkulu Rapat Ekspose Bahas Pembangunan Kopi Bumi Merah Putih
BACA JUGA:Ngopi Bareng Forkopimda, Gubernur Rohidin : Pererat Hubungan Antar Lembaga
“Penurunan harga ini karena mengikuti fluktuasi pasar kopi dunia. Kita di Bengkulu belum punya standar harga tetap seperti pada komoditas TBS sawit,” ujar Johan.
Ia menjelaskan, tidak adanya regulasi atau kebijakan penetapan harga kopi dari pemerintah daerah. Sehingga membuat harga sangat tergantung pada kondisi global. Berbeda dengan kelapa sawit, yang memiliki mekanisme penetapan harga rutin melalui rapat bersama. Sedangkan harga kopi ditentukan sepenuhnya oleh pasar bebas.
“Kalau sawit kan ada rapat rutin penetapan harga. Tapi untuk kopi, tidak ada. Jadi harganya benar-benar mengikuti pasar dunia. Ini yang menyulitkan petani,” tegasnya.
BACA JUGA:Kopi dan Sawit Jadi Tumpuan Ekonomi Bengkulu, Simak Penjelasannya BI
BACA JUGA:WAW! 2024 Hasil Panen Kopi di Bengkulu Naik, Ini Penjelasan Kadis TPHP Bengkulu
Salah satu faktor utama yang memicu anjloknya harga kopi dunia, menurut Johan, adalah kondisi cuaca ekstrem di negara produsen utama seperti Brasil dan Vietnam.
"Cuaca yang tak menentu mengakibatkan fluktuasi produksi, dan ketika produksi berlimpah namun permintaan stagnan, harga di pasar global otomatis turun. Dampaknya pun ikut dirasakan oleh para petani kita di Bengkulu," ujarnya.
Meski harga sedang turun, Johan mengimbau agar para petani kopi tetap menjaga kualitas hasil panen. Ia menekankan pentingnya sistem panen petik merah, yaitu memetik hanya buah kopi yang telah matang sempurna. Sistem ini, menurutnya, masih mampu menjaga harga jual tetap lebih tinggi dibanding kopi asalan.
“Kami minta petani tetap disiplin dalam proses panen. Jangan asal petik. Petik merah memang butuh tenaga dan waktu lebih, tapi kualitasnya jauh lebih tinggi,” jelas Johan.