Dia belajar di Europeesche Lagare School Batavia, sebuah sekolah khusus untuk orang Eropa. Sayangnya, tempatnya menuntut ilmu harus berpindah-pindah.
Karena ayahnya juga sering dipindah tugaskan. Dia bekerja di perkebunan kopi Soember Doeren di Malang setelah lulus sekolah.
Nah dari situlah, Douwes Dekker menyaksikan secara langsung penindasan yang dilakukan orang Belanda dan Eropa terhadap pekerja pribumi.
Tak jarang dia sering memberikan pembelaan sehingga harus bersitegang dengan rekannya yang membuat dirinya dipecat.
2. Mendirikan Indische Partij
Setelah dipecat, DD kemudian memutuskan untuk pergi ke Afrika Selatan untuk melawan Inggris dalam Perang Boer II.
Perang Boer adalah perang antara Kekaisaran Britania Raya dan orang Boer yang merupakan keturunan Belanda yang tinggal di dua negara merdeka yaitu, Republik Transvaal dan Negara Bebas Oranje.
BACA JUGA:Tahap Akhir Pembangunan Jalan Tol Baleno Jambi, Seksi 3 Mengalami Progres 93,36 Persen
BACA JUGA:Cantik dan Berani! Ini Deretan Pahlawan Wanita yang Berjuang Untuk Indonesia
Sayangnya, dia ditangkap dan sempat menjalani hukuman penjara. Setelah itu, dia dikembalikan ke Hindia Belanda.
Sejak saat itu, dia terus berjuang melawan penindasan kolonial Hindia Belanda terhadap pribumi.
Karena rumahnya di Batavia, dekat dengan STOVIA, Douwes Dekker sering berkumpul dengan tokoh-tokoh pergerakan.
Bahkan saat Boedi Oetomo didirikan, Douwes Dekker menjadi salah satu orang di dalamnya.
Meskipun demikian, dia tidak memiliki cukup ruang karena aktivitas Boedi Oetomo terbatas pada kebudayaan Jawa.
Pada tahun 1912, Douwes Dekker, Cipto Mangunkusumo dan Suwardi Suryaningrat mendirikan Indische Partij yang merupakan partai politik nasionalis pertama yang berkampanye untuk kemerdekaan dan pembebasan wilayah Hindia (Indonesia) dari Belanda.
Partai itu sangat populer dan dalam waktu kurang dari satu tahun, memiliki lebih dari 5.000 anggota.