Gelombang Tinggi, Nelayan Jangan Memaksakan Diri

Rabu 07 Aug 2024 - 06:56 WIB
Reporter : Rega Jusa
Editor : Daspan Haryadi

NASAL - Nelayan tradisional Desa Batu Lungun Kecamatan Nasal sejak sepekan ini tidak melaut, akibat badai dan gelombang tinggi. Kondisi itu, membuat para nelayan takut dan memiliki tinggal di rumah. 

Jika dipaksakan khawatir terjadi hal yang tidak diinginkan. Apalagi belum lama ini satu warga Desa Parda Suka meninggal dunia pasca dihantam gelombang laut.

Saat sedang mancing di Dermaga Linau, Desa Linau Kecamatan Maje.

Yuharman Iskandar (45) warga Batu Lungun Kecamatan Nasal mengatakan, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dirinya beralih profesi sementara menjadi buruh harian lepas.

BACA JUGA:BPBD Kaur Edukasi Warga Tentang Siaga dan Sigap Hadapi Bencana

Aktivitas melaut ini dihentikan karena ketinggian gelombang di laut mencapai antara 1,5 meter bahkan lebih. Kondisi ini dirasa tidak aman untuk mencari ikan.

Selain berpotensi terjadinya kecelakaan, kondisi itu juga berpengaruh dengan hasil tangkapan ikan.

Dirinya akan melaut kembali, apabila kondisi laut mulai stabil. 

BACA JUGA:Pemprov Bengkulu Akan Kunker, Ini Agenda dan Jadwalnya

"Aktivitas saya sekarang  ke sawah, kalau ada waktunya luang ya memperbaiki jaring yang sudah rusak. Digunakan untuk menangkap ikan," ujarnya.

Lanjutnya, sebelumnya dalam satu hari, rata-rata ikan yang dihasilkannya berkisaran 50 Kilogram (Kg) kadang lebih, tergantung rizki. 

Kalau sedang hokinya bisa mencapai 100 Kg lebih. Bahkan pernah hanya dapat untuk lauk.

Untuk jenis ikannya bervariasi mulai dari ikan tongkol, ikan kakap merah dan jenis lainnya. 

BACA JUGA:SERU! Pembukaan Dandim Cup 2024, Forkopimda Bengkulu Selatan Gunduli Forkopimda Kaur 5:1

"Memang seperti ini, namanya juga nelayan. Kalau gelombang laut sedang pasang kami berhenti. Kalau kondisi laut stabil ya kami melaut," katanya.

Kategori :