RADAR KAUR- Produk turunan hilirisasi industri sawit indonesia saat ini masih kalah dengan Malaysia. Karena produk turunan industri sawit Indonesia tahun 2023 baru mencapai 179 jenis produk.
Sedangkan, Malaysia telah berhasil mengembangkan 260 jenis produk turunan dari hilirisasi sawit. Dikutip dari artikel cnbcindonesia.com “RI Tertinggal! Malaysia Temukan Harta Karun Mahal di Sawit, Apa Itu?”.
Menurut Plt Ketua Umum Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) Sahat Sinaga Malaysia sudah lebih banyak produk turunan yang mana hampir 260 jenis produk turunan sawit. Selain itu, sudah bisa menghasilkan tokotrienol dan tokoferol langsung diekstrak dari sawit.
Dari berbagai produk turunan sawit, paling unggulan bisa hemat devisa Rp 2,9 Triliun (T) adalah tokotrienol dan tokoferol. Tokotrienol mempunyai sifat penangkapan radikal bebas.
BACA JUGA:2 Siswa SMKN 6 Kaur PKL di Kancam Tanjung Kemuning, Ini Pesan Camat
Sifat antioksidatif tokotrienol juga berkaitan dengan kemampuannya menurunkan pembentukan tumor, kerusakan DNA, dan kerusakan sel.
Sedangkan tokoferol merupakan antioksidan yang utama dalam lemak dan minyak yang berperan pada fertilisasi atau tingkat kesuburan dan pembentukan jaringan tulang.
Sedangkan untuk harga 1 Kg tokotrienol nilainya US$ 800 atau setara Rp 12,6 juta dengan asumsi kurs Rp 15.774/US$.
Adanya peningkatan produk hilirisasi sawit di Malaysia lebih cepat berkembang karena regulasi teratur, tidak berubah-ubah. Sedangkan di Indonesia itu pemerintah harus mematikan regulasi yang ada bisa menjamin investor masuk dan tidak ada hal-hal yang ditakutkan pihak pengusaha.
Selain itu, agar industri hilirisasi sawit RI bisa lebih kondusif, perlu badan kelembagaan negara setara Kementerian. Sehingga meminimalisir terjadinya ikut campur yang berlebihan dari kementerian-kementerian lain dalam mengatur industri sawit di Indonesia.
BACA JUGA:Kasus Kekerasan Perempuan dan Anak di Kaur Tinggi, Bagaimana Menuntaskannya?
Tidak boleh terlalu banyak Kementerian yang cawe-cawe, pengelola sawit diberikan kepada satu badan, selanjutnya sebagai regulator yang langsung melapor kepada Presiden, Kementerian yang lain itu hanya supports.
Dengan langkah itu, maka diyakini akan tercipta konsistensi regulasi, optimistis industri hilir sawit Indonesia akan jauh lebih tinggi daripada Malaysia.
BACA JUGA:Ternyata Tidak Semua Honorer Diangkat PPPK 2024, Berikut Ini Kategorinya
Apabila di bandingkan Indonesia, Malaysia hanya punya 5 juta hektare perkebunan sawit, produksinya hanya 19 juta ton. Sedangkan Indonesia lebih banyak.