BACA JUGA:10 Besar Duta Wisata Kaur, Semua Pelajar, Berikut Nama dan Asal Sekolah
BACA JUGA:Dirintis Jadi Lombok-nya Bengkulu, Yuk Intip Desa Wisata Putri Pinang Tawar di Kaur
"Taman Ghanjaran juga selalu ramai pengunjung. Namun, kami tidak bisa mengkalkulasi karena masuknya gratis tanpa tiket," jelas kepala desa yang menjabat 3 periode sejak 2007 sampai 2025 ini.
Bisnis pariwisata yang berkembang pesat di Desa Ketapanrame, lanjut Zainul, otomatis mendongkrak perekonomian penduduknya.
Baik masyarakat yang terlibat sebagai mitra pariwisata maupun yang tidak.
Saat ini, 900 dari 1.800 rumah tangga di desanya berkecimpung di pariwisata.
Dengan rincian 533 rumah tangga menyumbangkan dana untuk modal BUMDes Mutiara WWelirang.
100 rumah tangga lebih menjadi petugas parkir, sekitar 150 rumah tangga menjadi pedagang.
50 rumah tangga menjadi pegawai dan pengelola, serta 30 rumah tangga pemilik lahan untuk objek wisata.
Selain tetap bisa menanam, para pemilik lahan juga mendapat bagi hasil 10 persen dari tiket masuk wisata.
Menurut Zainul, rata-rata setiap pemilik lahan menerima tambahan penghasilan Rp 1 juta per bulan.
Belum lagi para pedagang yang kini laba bersihnya Rp 3-4 juta per bulan.
Pendapatan setiap petugas parkir Rp 75-150 ribu per hari. Sedangkan pegawai di objek wisata digaji Rp 1,5-2,5 juta per bulan.
BACA JUGA:Kemumu Juara 1 Lomba Desa Wisata Bengkulu 2024, Intip Keindahan Kampung Wisata Ini
BACA JUGA:6 Keindahan Destinasi Desa Wisata Air Tenam, Apa Saja? Intip di Sini
"Dampak dari wisata hampir semuanya merasakan. Yang tidak menjadi mitra pariwisata mendapatkan manfaat dari dana sosial untuk pembangunan masjid, musala, TPQ, rumah layak huni, penunjang kesehatan masyarakat misalnya ambulans untuk mengantar warga yang sakit," ungkapnya.