Aneh Suku Ini Taruh Piring di Bibir, Berukuran 4 Hingga 25 cm
Berikut suku aneh, taruh piring di bibir dengan ukuran 4 hingga 25 cm-sumber foto: Koranradarkaur.id-
KORANRADARKAUR.ID – Tidak kalah unik dengan suku lain, suku satu ini menaruh piring dibagian mulut bibir mereka dengan ukuran 4 sampai dengan 25 Cm. Suku tersebut bernama suku Mursi, suku ini dikenal banyak fakta menarik di dalamnya.
Tradisi ini hanya berlaku bagi perempuan, karena mereka percaya bahwa standar kecantikan sangat ditentukan oleh besarnya bibir.
Biasanya, sebelum memulai pemasangan piring, para perempuan Suku Mursi akan menanggalkan dua sampai empat gigi mereka.
Bibir bawah juga akan dipotong, sampai benar-benar pas dengan ukuran piring.Para perempuan Suku Mursi biasanya melakukan tradisi "Bibir Piring" sejak usia remaja, dengan dibantu ibunya masing-masing.
Untuk memangsangkan piring di bibir anak-anak mereka. Awalnya, para ibu menarik bibir anak yang bibirnya akan dipasang piring. Bibir yang sudah ditarik lantas dilubangi hingga tembus dan berlubang.
BACA JUGA:Tradisi Suku Himba Tak Pernah Mandi Seumur hidup, Diganti dengan Olesan Mentega
BACA JUGA:Batik Air Buka 4 Rute Penerbangan Baru ke IKN, Yuk Intip Apa Saja!
Proses ini dimulai dengan menggunakan pisau. Setelah itu, bibir diregangkan dengan menyisipkannya dengan piring. Ini dilakukan sampai luka mengering dan sembuh. Setelah itu, piring diganti dengan yang lebih besar.
Dengan demikian, proses ini menjadi daya tarik perempuan untuk lebih kelihatan cantik. Mengutip dari kumparan.com, berikut fakta menarik tentang suku Mursi.
1.Mereka dianggap sebagai salah satu suku terkaya di lembah Omo karena jumlah ternak yang mereka miliki per orang.
2.Tongkat donga sepanjang dua meter semakin banyak digantikan oleh senapan AK-47 sebagai tanda kekayaan.
3.Skarifikasi dilakukan pada bahu kiri sebagai ritus peralihan laki-laki menuju kedewasaan.
4.Menurut perkawinan suku Mursi, perkawinan paksa atau penculikan dan pewarisan diterima, suka sama suka juga biasa terjadi.
Pernikahan warisan umumnya dilakukan di Afrika di antara sejumlah etnis di mana seorang janda diambil alih oleh salah satu saudara laki-lakinya yang tersisa.