Namanya Tak Asing di Indonesia, Inilah Sosok Douwes Dekker dan Perannya Dalam Kemerdekaan
Sosok dan peran Douwes Dekker.-Sumber foto: www.idntimes.com-
Pada tahun 1912, Douwes Dekker, Cipto Mangunkusumo dan Suwardi Suryaningrat mendirikan Indische Partij yang merupakan partai politik nasionalis pertama yang berkampanye untuk kemerdekaan dan pembebasan wilayah Hindia (Indonesia) dari Belanda.
Partai itu sangat populer dan dalam waktu kurang dari satu tahun, memiliki lebih dari 5.000 anggota.
Namun, pemerintah Hindia Belanda membubarkan Indische Partij pada tahun 1913. DD dan Cipto Mangunkusumo yang menentang pemenjaraan Suwardi Suryaningrat atau Ki Hajar Dewantara juga terkena dampaknya.
Tiga Serangkai kemudian dibuang ke Belanda.
3. Diberi nama Danudirja Setiabudi oleh Sukarno
DD melanjutkan perjuangan setelah kembali dari pembuangan tersebut. Dia mendirikan Ksatrian Instituut untuk mengatasi tantangan sektor pendidikan.
Namun, karena memiliki darah Jerman, dia diasingkan ke Suriname selama Perang Dunia II karena dianggap mendukung Nazi.
Douwes Dekker dan orang-orang Jerman lainnya harus bertahan hidup dalam kamp. Kondisi tersebt berlanjut sampai Perang Dunia II berakhir.
Dia kemudian dipulangkan ke Belanda pada pertengahan tahun 1946. Namun, dia pulang ke Indonesia dengan nama samaran.
Agar inisial DD tetap digunakan, Presiden Sukarno memberi nama baru kepada Douwes Dekker yaitu dengan nama Danudirja Setiabudi, ketika dia tiba di Indonesia.
Selanjutnya, Danudirja Setiabudi juga menjabat sebagai Menteri Negara di Kabinet Sjahrir III dan bertindak sebagai juru runding Republik Indonesia dalam beberapa perundingan dengan Belanda.
Douwes Dekker atau Danudirja Setiabudi, meninggal dunia pada 28 Agustus 1950.
Dia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Cikutra, Bandung, Jawa Barat. Pemerintah menobatkannya sebagai Pahlawan Nasional pada 9 November 1961. ***