Tidak Seperti Sekarang, Pengibar Bendera Pada Proklamasi Kemerdekaan 1945 Hanya 3 Orang

3 sosok pengibar bendera merah putih.-Sumber foto: www.detik.com-

Dia adalah orang yang menentang masyarakat feodalistik yang menganggap diskriminasi terhadap perempuan normal. 

Perempuan ini memiliki tekad yang kuat untuk belajar dan menjadi orang yang cerdas. Oleh karena itu, dia tidak boleh diabaikan atau dilecehkan hanya karena dia perempuan.

Surastri termasuk beruntung karena berasal dari keluarga kaya, jadi ayahnya memasukkannya ke Tweede Inlandsche School.

Kemudian dia melanjutkan pendidikannya ke Meisjes Normaal School, atau Sekolah Guru Putri. Surastri menjadi guru di sekolah tersebut karena pendidikan dan kecerdasannya. 

Surastri sering ditugaskan mengajar di beberapa tempat. Surastri sangat tertarik pada politik dan aktif dalam organisasi saat dia mengajar.

Surastri juga menjadi sosok yang sangat kritis dalam menanggapi suasana politit yang ada pada saat itu.

Surastri pernah menjadi guru dan jurnalis yang kritis dan antikolonial. Surastri menggunakan nama samaran saat menulis artikel tentang kolonial agar tidak ditangkap.

Surastri tidak hanya menulis di media, dia juga menulis dua buku yang berjudul ABC Perdjuangan Buruh dan Hubungan Pergerakan Buruh Indonesia dengan Pergerakan Kemerdekaan Nasional. 

Salah satu artikelnya yang paling terkenal, Kawin untuk Meningkatkan Perjuangan! Artikel ini memiliki judul yang sesuai dengan kehidupan Surastri, yang menikah dengan Sayuti Melik yang merupakan seorang pejuang.

Sayuti Melik juga merupakan sosok yang dikenal sebagai pengetik teks proklamasi. ***

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan