Sosok Pahlawan yang Mati di Tangan Bangsa Sendiri, Inilah Kisah Perjuangan dan Tragis Tan Malaka

Selasa 13 Aug 2024 - 15:01 WIB
Reporter : Riska Ayu K
Editor : Dedi Julizar

BACA JUGA:HUT ke-79 Kemerdekaan RI Ada Promo Tiket Pesawat dan Kereta Api, Cek di Sini Informasinya

BACA JUGA:7 Tokoh Pahlawan Penting Dalam Proklamasi Kemerdekaan RI

Dia baru dapat kembali ke Indonesia pada tahun 1942, setelah 20 tahun berada di pengasingan.

Dia kembali bersamaan dengan Jepang datang ke Indonesia. Ketika bangsanya berada di bawah kaki penjajahan, dia tidak tinggal diam.

Tan akhirnya malah mati di tangan bangsanya sendiri setelah berjuang dengan berbagai cara.

Di Gunung Wilis, Kediri, Jawa Timur, pada 21 Februari 1949, dia tewas ditembak oleh pasukan Batalyon Sikatan Divisi Brawijaya.

Tan mendapat gelar pahlawan 14 tahun setelah kematiannya. Tan Malaka ditetapkan oleh Presiden Soekarno sebagai pahlawan nasional.

Menurut sejarawan Belanda Harry A. Poeze yang meneliti sosok Tan dalam karyanya, Memuliakan, Mengutuk dan Mengangkat Kembali Pahlawan Nasional: Kasus Tan Malaka, menyebutkan bahwa semasa hidupnya Tan Malaka Tan telah diburu oleh pemerintah kolonial karena mendukung kemerdekaan Indonesia. 

Tetapi dia malah mati di tangan bangsanya sendiri. 

Menurut Poeze, Letnan Dua Soekotjo yang ia sebut sebagai “Orang sangat kanan yang menganggap Tan Malaka harus dihabisi” yang memberi perintah untuk mengeksekusi mati Tan Malaka.  

Hal itu menjadi masuk akal karena, di hari-hari sebelum tentara mengeksekusinya, Tan yang menjadi pelopor tokoh sayap kiri Indonesia kembali membuat gerakan.

Dari Maret 1946 hingga September 1948, Tan bergerak di bawah persatuan perjuangan. Itu yang menyebabkan dia dipenjara selama 2,5 tahun tanpa peradilan.

BACA JUGA:Taktik Nyi Ageng Serang, Perang Pakai Daun Talas

BACA JUGA:3 Tokoh Pejuang Nasional yang Keberdaannya Masih Penuh dengan Teka-teki Hingga Saat Ini, Ada Tan Malaka!

Setelah keluar dari penjara pada September 1948, Tan mencoba mendapatkan kembali pendukungnya hingga pada awal Oktober 1948 dia mengusulkan pembentukan Partai Murba, yang didasarkan pada prinsip “antifasisme, antiimperialisme dan antikapitalisme”. 

Partai Murba akhirnya berdiri secara resmi di Yogyakarta sebulan kemudian, pada 7 November 1948. Peristiwa besar terjadi pada bulan yang sama.

Kategori :