Yang jelas, setelah pulang dari Makkah, daerah yang pertama ia datangi yakni, Kota Padang Sumatera Barat (Sumbar).
Pada masa itu, Syekh Muhammad Amin sempat bertemu dengan beberapa ulama yang ada di Kota Padang.
BACA JUGA:Perahu Nelayan Direnovasi, Ini Penyebab Kerusakan Perahu
BACA JUGA:Sambut Hari Kememerdekaan, Karang Taruna Turnamen Bola Kaki Antara Desa
Hal itu ia lakukan tidak lain untuk memperdalam ilmu agamanya sekaligus berdakwah mengajarkan semua ilmu tentang agama Islam.
Memang, Syekh Muhammad Amin tidak terkenal dan setenar ulama yang ada di Pulau Jawa. Namun beliau memiliki peran besar dalam perkembangan agama Islam di Bengkulu Selatan.
Setelah di Sumbar, sekitar abad ke-14 Masehi, Syekh Muhammad melanjutkan perjalanan ke Provinsi Bengkulu.
Nah, di provinsi ini beliau memilih Kabupaten Bengkulu Selatan untuk jadi pusat penyebaran agama Ilslam.
Pada masa itu, masyarakat terutama di wilayah Pasar Bawah. Kala itu banyak masyarakat yang belum paham tentang ajaran Islam.
Kebanyakan masyarakat masih mempercayai aliran kepercayaan yang diwariskan oleh nenek monyang terdahulu.
Namun, dengan hadirnya Syekh Muhammad Amin, beliau secara perlahan mulai mengajarkan ilmu agama Islam.
Berkat sikap dan prilakunya yang baik, akhirnya secara perlahan lahan kehadiran Syekh Muhammad Amin diterima oleh masyarakat.
Secara perlahan sejak saat itu muridnya terus bertambah. Oleh karena itu, Syekh Muhammad Amin kemudian mendirikan sebuah langgar.
Langgar inilah yang kemudian berkembang menjadi Masjid Al-Manar di Kelurahan Pasar Bawah saat ini.
Setelah lama menetap di Bengkulu Selatan, menurut cerita Syekh Muhammad Amin menikah dengan wanita pribumi.
Kemudian, beliau akhirnya dikaruniai seorang anak yang bernama H Abdullah.