----------25
KORANRADARKAUR.ID - Seni tradisional Sandur, yang berasal dari daerah Jawa Tengah, telah lama terjebak dalam stigma negatif akibat kaitannya dengan Partai Komunis Indonesia (PKI) pada era 1960-an.
Meskipun demikian, kini banyak kalangan yang merindukan dan memperjuangkan keberadaan Sandur sebagai bagian penting dari warisan budaya Indonesia.
Dalam beberapa tahun terakhir, perhatian terhadap Sandur mulai meningkat, sejalan dengan upaya untuk mendalami dan mengangkat kembali identitas budaya yang terpinggirkan.
Dikutip dari BBC News, Sandur, yang dikenal sebagai bentuk kesenian yang memadukan tarian dan musik, awalnya digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan moral dan sosial.
BACA JUGA:Beragam Ciri Khas yang dimiliki Suku Mentawai, Tato Tradisional Salah Satunya
BACA JUGA:Sejarah Suling Bambu Alat Musik Tradisional di Daerah Sunda, Cek di Sini Penjelasannya
Namun, setelah peristiwa tragis tahun 1965, seni ini mengalami penurunan popularitas yang drastis, dengan banyak pelakunya mengalami diskriminasi.
Kini, generasi muda mulai menyadari pentingnya mengembalikan Sandur sebagai bagian dari identitas mereka, mengingat seni ini merefleksikan nilai-nilai kearifan lokal yang kaya.
Banyak komunitas seni dan budaya yang aktif berupaya menghidupkan kembali Sandur melalui berbagai festival, pertunjukan, dan workshop.
Kegiatan ini tidak hanya melibatkan seniman, tetapi juga akademisi dan masyarakat umum, yang bersama-sama berusaha untuk mendalami dan menghargai warisan ini.
Melalui pertunjukan Sandur, mereka menemukan ruang untuk mengeksplorasi sejarah dan tradisi, sekaligus menciptakan dialog tentang identitas bangsa yang beragam.
Salah satu inisiatif menarik adalah pembentukan kelompok-kelompok Sandur di sekolah-sekolah dan kampus.
Ini bertujuan untuk mengenalkan generasi muda pada seni tradisional dan mendorong mereka untuk terlibat dalam pelestariannya.
BACA JUGA:Ini Obat Tradisional Dapat Mengatasi Penyakit Malaria, Dijamin Sembuh