Sandur Seni Tradisional dan PKI, Pemerintah Menetapkan Sandur Sebagai Warisan Budaya Tak Benda Tahun 2020
Sandur Seni Tradisional berasalkan dari Jawa Timur-Sumber Foto: koranradarkaur.id-
KORANRADARKAUR.ID - Sandur, sebuah seni pertunjukan tradisional yang berasal dari Jawa Timur, memiliki sejarah yang penuh liku, terutama terkait dengan tuduhan bahwa kesenian ini berhubungan dengan Partai Komunis Indonesia (PKI).
Tuduhan tersebut muncul pada masa pergolakan politik tahun 1965, di mana beberapa pemain Sandur dikaitkan dengan Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra), yang dikenal sebagai sayap kebudayaan PKI.
Dikutip dari BBC.com, pada masa itu, situasi politik di Indonesia sangat memanas. Kesenian yang awalnya diakui sebagai bagian dari budaya masyarakat, tiba-tiba menjadi sasaran stigma negatif.
Para pegiat Sandur ditangkap tanpa proses pengadilan, dan banyak dari mereka mengalami perlakuan buruk, yang menimbulkan trauma mendalam bagi komunitas seni di Jawa Timur.
Ketidakadilan ini menciptakan ketakutan yang meluas dan membungkam suara banyak seniman yang ingin mengekspresikan diri melalui seni pertunjukan.
Sandur sendiri diyakini memiliki akar dari permainan tradisional anak-anak pedesaan, atau dolanan, yang menggabungkan elemen tari, musik, dan cerita. Dengan menggunakan kostum yang berwarna-warni dan pertunjukan yang enerjik, Sandur menjadi hiburan yang populer di kalangan masyarakat, terutama di daerah pedesaan.
BACA JUGA:DN Aidit : Tokoh Sentral dalam Tragedi G30S PKI 1965
BACA JUGA:Mengungkap Jejak Kegelapan PKI di Tanah Rencong
Namun, setelah tuduhan tersebut, banyak pertunjukan Sandur terpaksa dihentikan, dan seniman yang terlibat harus bersembunyi atau menghentikan aktivitas mereka.
Seiring berjalannya waktu, stigma terhadap Sandur perlahan-lahan mulai memudar. Masyarakat mulai menyadari bahwa kesenian ini adalah bagian penting dari warisan budaya Indonesia.
Pada tahun 2020, pemerintah Indonesia resmi menetapkan Sandur sebagai warisan budaya takbenda. Penetapan ini menjadi simbol pengakuan kembali terhadap nilai-nilai seni dan budaya yang telah tertekan oleh situasi politik masa lalu.
Kini, dengan dukungan pemerintah dan masyarakat, Sandur berusaha untuk bangkit kembali. Pertunjukan-pertunjukan Sandur mulai dipentaskan kembali di berbagai acara budaya dan festival, dengan harapan dapat menarik generasi muda untuk melestarikan seni ini.
Para seniman juga bekerja sama dengan lembaga budaya untuk mengembangkan program pelatihan dan pendidikan, memastikan bahwa keterampilan dan pengetahuan tentang Sandur tetap hidup di kalangan generasi mendatang.
Dengan penetapan sebagai warisan budaya, Sandur bukan hanya sekadar kesenian, tetapi juga simbol perjuangan dan ketahanan masyarakat Jawa Timur.