Bikin Geger Raja dan Warga, Abu Nawas Mau Jual Matahari! Intip Cerita Kocak dan Serunya di Sini!

Ilustrasi Abu Nawas menjual matahari yang bikin geger raja dan warga-Sumber Foto: koranradarkaur.id-
Intinya, pindah dari Baghdad menjadi masalah. Sementara bertahan di Baghdad tanpa matahari juga bukan hal yang mudah.
"Abu Nawas, apakah Anda serius ingin menjual matahari?" tanya Raja sambil melihat kerumunan yang semakin besar di depan istananya.
"Ya, Baginda, agar kita dapat mengikuti cara mereka menggunakan akal."
"Apa maksud Anda?" tanya Raja lagi dengan nada terkejut.
"Apakah Anda senang dengan pembangunan infrastruktur yang hebat di Baghdad di zaman saya? Apakah Anda bangga menjadi teladan bagi rakyat dengan tidak melakukan korupsi selama menjabat? Apakah Anda senang tidak menunjukkan keserakahan dengan menguasai luas padang pasir, padahal Anda bisa melakukannya dengan kekuasaan yang Anda miliki?"
"Abu Nawas, langsung saja ke pokok permasalahan!"
"Jika Baginda turun dan bertanya kepada kerumunan yang berdemo itu, mereka akan menjawab bahwa pembangunan infrastruktur tidak ada gunanya karena tidak bisa dimakan! Semua jalan mulus, bendungan yang dibanggakan, bandara, rel kereta api di Khorramabad, pasar di Kirkuk, itu semua sia-sia, tidak bisa dimakan!"
Raja Khalifah Harun Al-Rasyid pun terdiam.
"Apakah Baginda bangga tidak korupsi? Anak Baginda menjual pisang goreng? Itu justru membuat mereka marah dan cemburu. Seharusnya Baginda berkorupsi agar mereka tidak perlu membuat isu-isu tidak masuk akal, seperti mengklaim Baginda keturunan Mongolia, memusuhi ulama, atau membiarkan partai terlarang tumbuh lagi. Banyak sekali, Baginda."
"Lalu apa hubungannya dengan menjual matahari?"
Kemudian, Abu Nawas dengan perlahan menjelaskan bahwa apa yang dianggap Raja sebagai prestasi nasional justru dianggap pemborosan dan beban oleh rakyat, karena mereka terbiasa melihat prestasi dalam kegelapan.
Dalam kegelapan, kecantikan tidak terlihat, dan emas bisa dianggap sebagai besi. Apalagi jika cara pandangnya terbalik.
"Tapi, meskipun mereka tidak melihat dalam kegelapan, bukankah telinga mereka mendengar, dan hati mereka terbuka? Bagaimana mungkin mereka menuduh saya memusuhi ulama, padahal wakil saya adalah ulama besar? Jika mereka tidak suka pada saya, bukankah saya sudah menghadirkan ulama yang dulu mereka klaim mereka bela? Mengapa kini mereka meninggalkannya?"
"Baginda, inilah enaknya melihat dunia dalam kegelapan sambil terbalik. Kita bisa merasakan apa yang mereka rasakan. Apakah Baginda tidak lelah berpikir secara rasional?"
Raja Khalifah Harun Al-Rasyid kembali terdiam, tidak memahami penjelasan Abu Nawas.