Cerita Ayah Korban Pengeroyokan hingga Tewas Bikin Menangis, Terima Kabar Duka saat Berada di Kota Bengkulu
Suasa kediaman rumah korban pengeroyokan hingga tewas, cerita ayah korban bikin menangis. Sumber foto : ROHIDI/RKa--
Cerita ayah dari korban pengeroyokan hingga tewas bikin menangis. Sang ayah mengaku terima kabar duka tersebut saat sedang berada di Kota Bengkulu, bagaimana ceritanya, simak selengkapnya berikut ini :
ROHIDI EFENDI - BENGKULU SELATAN
SUASANA duka masih sangat kental menyelimuti rumah, Boni Satriya (19) warga Jalan Kemas Jamaludin RT 5, Kecamatan Pasar Manna, Bengkulu Selatan, Selasa 14 Januari 2025.
Seperti diketahui, Boni Satriya dikabarkan meninggal dunia setelah menjadi korban pengeroyokan oleh tiga orang pelajar SMA di Bengkulu Selatan pada, Senin 13 Januari 2024 siang.
Untuk mengetahui lebih detail mengenai informasi korban, wartawan Radar Kaur (RKa) mendatangi langsung rumah duka yang berada Jalan Kemas Jamaludin tersebut. Saat tiba di lokasi, nampak suasa rumah duka masih masih terlihat ramai.
Hal itu tidak lain karena memang masih banyak sanak saudara korban datang melayat dan menyampaikan belasungkawa.
Nampak pula, di tengah sanak famili korban, ada seorang pria bernama, Budi Ashari (51) yang tidak lain merupakan ayah kandung dari korban Boni Satriya korban pengeroyokan tersebut.
Terlihat raut sedih dari muka sang ayah setelah ditinggal salah satu anak kesayangan tersebut. Namun, beliau nampak terlihat tetap tegar menerima keadaan yang terjadi.
BACA JUGA:Perkelahian Berdar4h Terjadi Lagi di Taman Merdeka BS, 1 Korban Alami Luka Bacok, Pelaku Diamankan
Dalam kesempatan itu, ayah korban bercerita dan mengakui jika semasa hidupnya, anaknya tersebut dikenal sebagai orang yang periang dan juga sangat ceria.
Budi mengaku, Boni yang menjadi korban pengeroyokan itu merupakan anak ketiga dari keempat bersaudara. Boni dilarikan pada, 25 Desember 2004 di Jalan Kemas Jamaludin.
"Boni ini anak ketiga dari empat bersaudara. Saat ini Boni baru berusia 21 tahun," kata Budi sambil mulai meneteskan air mata.
Budi bercerita lebih jauh, sebelum kejadi tersebut, almarhum masih dalam keaadaan sehat seperti biasanya, dsn tidak ada tanda-tanda yang mengarah ke hal janggal.
Oleh karena itu, Budi yang sehari-harinya membantu sang istri berjualan beras di Pasar Ampera Kelurahan Ketapang Besar Kecamatan Pasar Manna berangkat ke Kota Bengkulu.