5 Petahana Rungkat di Pilkada Bengkulu 2024, Pengamat: Diantaranya Karena Kekecewaan

Reporter: Heri Kurniawan |

Editor: Dedi Julizar |

Sabtu , 07 Dec 2024 - 04:54

5 Calon Petahana Tumbang dalam Pilkada Bengkulu 2024--

PENGAMAT politik Provinsi Bengkulu menyebut ada 9 faktor penyebab kekalahan. Dari 5 calon kepala daerah (Cakada) dengan status petahana rungkat atau tumbang dalam Pilkada Bengkulu 2024. Mulai dari Rohidin Mersyah sebagai calon gubernur (Cagub) Bengkulu. Ataupun Erwin Octavian yang maju sebagai Calon Bupati (Cabup) Seluma. Lantas apa saja penyebabnya itu? Berikut selengkapnya.

HERY - BENGKULU

SAAT ini, KPU masih belum mengumumkan pemenang dalam Pilkada Bengkulu 2024.

Tentu warga Bengkulu sudah bisa melihat siapa pemenangnya. Ini berdasarkan hasil rekapan oleh pihak penyelenggara yang disiarkan melalui sejumlah pemberitaan.

Yang mana disebutkan sejumlah Cakada petahana harus tumbang dalam kontestasi perebutan kepala daerah.

Diketahui ada 5 Cakada yang gagal naik kembali sebagai kepala daerah dalam Pilkada Bengkulu 2024.

Yakni, Rohidin Mersyah di ajang Pilgub Bengkulu, Erwin Octavian di Pilbup Seluma, Kopli Ansori dalam Pilbup Lebong, Syamsul di Pilbup Rejang Lebong dan Khoirul Huda di Pilbup Mukomuko.

Pengamat politik Provinsi Bengkulu Drs. Heri Supriyanto, M.Si menyampaikan, setidaknya ada 9 faktor yang menyebabkan tumbangnya kekalahan Cakada petahana dalam Pilkada Bengkulu 2024.

Penyebab itu, menurutnya, mulai dari janji politik Cakada petahana yang tidak pada masa kepemimpinannya.

Hingga pembangunan yang tidak terlihat. Sehingga ini menimbulkan kekecewaan masyarakat yang imbasnya membuat mereka tak mau lagi memberikan suaranya untuk cakada petahana.

"Sejauh pengamatan kami. Kekecewaan masyarakat menjadi faktor utama kekalahan Cakada petahana. Ini bukan hanya di Bengkulu tapi juga di daerah lain. Kita ambil contoh dari kepemimpinan Presiden RI, Susilo Bambang Yudoyono ataupun Joko Widodo. Karena dinilai berhasil pada periode pertama. Mereka kembali dipercaya di periode kedua," ungkap Heri Supriyanto, Jumat 6 Desember 2024.

Dia lalu memaparkan secara mendetail 9 faktor penyebab kekalahan Cakada petahana dalam Pilkada Bengkulu 2024.

Pertama, kata Heri Supriyanto, adalah Janji kampanye yang tidak ditepati.

Menurutnya, ketidakpatuhan terhadap program-program yang dijanjikan saat kampanye menjadi salah satu faktor utama kegagaan petahana.

5 petahana rungkat di pilkada bengkulu 2024, pengamat: diantaranya karena kekecewaan                            pengamat politik provinsi bengkulu menyebut ada 9 faktor penyebab kekalahan. dari 5 calon kepala daerah (cakada) dengan status petahana rungkat atau tumbang dalam pilkada bengkulu 2024. mulai dari rohidin mersyah sebagai calon gubernur (cagub) bengkulu. ataupun erwin octavian yang maju sebagai calon bupati (cabup) seluma. lantas apa saja penyebabnya itu? berikut selengkapnya. 
hery - bengkulu
saat ini, kpu masih belum mengumumkan pemenang dalam pilkada bengkulu 2024. 
tentu warga bengkulu sudah bisa melihat siapa pemenangnya. ini berdasarkan hasil rekapan oleh pihak penyelenggara yang disiarkan melalui sejumlah pemberitaan.
yang mana disebutkan sejumlah cakada petahana harus tumbang dalam kontestasi perebutan kepala daerah. 
diketahui ada 5 cakada yang gagal naik kembali sebagai kepala daerah dalam pilkada bengkulu 2024.
yakni, rohidin mersyah di ajang pilgub bengkulu, erwin octavian di pilbup seluma, kopli ansori dalam pilbup lebong, syamsul di pilbup rejang lebong dan khoirul huda di pilbup mukomuko. 
pengamat politik provinsi bengkulu drs. heri supriyanto, m.si menyampaikan, setidaknya ada 9 faktor yang menyebabkan tumbangnya kekalahan cakada petahana dalam pilkada bengkulu 2024.
baca juga:songsong pilkada bengkulu 2024, danrem 041 /gamas : harus berpikir sehat!
baca juga:dua periode pilkada bengkulu utara selalu lawan kotak kosong, cek di sini penyebabnya
penyebab itu, menurutnya, mulai dari janji politik cakada petahana yang tidak pada masa kepemimpinannya. 
hingga pembangunan yang tidak terlihat. sehingga ini menimbulkan kekecewaan masyarakat yang imbasnya membuat mereka tak mau lagi memberikan suaranya untuk cakada petahana. 
"sejauh pengamatan kami. kekecewaan masyarakat menjadi faktor utama kekalahan cakada petahana. ini bukan hanya di bengkulu tapi juga di daerah lain. kita ambil contoh dari kepemimpinan presiden ri, susilo bambang yudoyono ataupun joko widodo. karena dinilai berhasil pada periode pertama. mereka kembali dipercaya di periode kedua," ungkap heri supriyanto, jumat 6 desember 2024.
dia lalu memaparkan secara mendetail 9 faktor penyebab kekalahan cakada petahana dalam pilkada bengkulu 2024. 
pertama, kata heri supriyanto, adalah janji kampanye yang tidak ditepati. 
menurutnya, ketidakpatuhan terhadap program-program yang dijanjikan saat kampanye menjadi salah satu faktor utama kegagaan petahana. 
"saat periode pertama. masayarakat memilih mereka berdasarkan janji-janji tersebut. namun ketika janji tidak dipenuhi, kepercayaan masayarakat pun tergerus," ungkapnya. 
faktor kedua, kemajuan tidak terlihat. gagal memberikan kemajuan yang signifikan bagi daerahnya menjadi poin kritis lainnya.  
jika tidak ada proyek pembangunan yang tidak telrihat atau jika pertumbuhan ekonomi stagnan bahkan menurun. maka kepercayaan masayarakat akan terpengaruh.
ketiga, praktek korupsi kolusi dan nepotisme (kkn). keterlibatan dalam praktik kkn juga menjadi faktor penting. meskipun tidak selalu tertangkap, indikasi kkn seperti penyelewengan proyek atau nepotisme dalam penempatan birokrat dapat membuat masayarakat kehilangan kepercayaan.
"pembangunan yang tidak terlihat dan terlibat praktek kkn ini ikut jadi penyebab kekalahan cakada petahana," ujar heri. 
keempat, komunikasi politik yang lemah. komunikasi politik yang lemah atau buruk yang jarang turun ke lapangan juga dapat merusak citra petahana. 
meskipun ada kemajuan. jika tidak ada komunikasi dengan baik kepada masayarakat, kepercayaan pun akan terganggu.
kelima, munculnya kandidat yang dinilai lebih baik. menurutnya, terkadang, petahana bisa kalah karena munculnya kandidat yang lebih baik, baik dari segi integritas, visi, atau dukungan masayarakat yang kuat. 
dengan berbagai faktor ini pentingnya kepemimpinan yang baik, visi yang jelas dan integritas yang kuat bagi seorang cakada. 
"khususnya di bengkulu. menurut kami, segelintir mata pilih ingin mencoba pemimpin yang baru saat telah kecewa dengan petahana. karenanya saat ada sosok baru muncul dan dinilai lebih baik dari petahana. mereka akan beralih pada sosok baru itu," jelasnya. 
faktor ke-enam, sebutnya, adalah ketimpangan politik di bengkulu dengan jakarta. 
menurutnya, bahwa kuatnya relasi politik calon penantang petahana yang memiliki akses ke jakarta menjadi modal yang signifikan.
“dalam hal ini, terdapat ketimpangan antara aktor penantang petahana yang memiliki akses ke jakarta (nasional) dengan lawan politiknya yang umumnya adalah politisi lokal,” ujarnya.
ia menambahkan bahwa partai pendukung penantang petahana memiliki jaringan yang kuat di tingkat nasional, baik dari segi logistik, akses, maupun lainnya.
“bayangkan misalnya, orang jakarta, para menterinya datang ke bengkulu untuk melakukan kampanye, hal ini tentu akan merugikan kandidat lokal. jadi, ada ketimpangan antara jakarta dan daerah,” tegasnya.
faktor ketujuh adalah pola strategi logistik atau manajemen finansial. 
menurut heri, pertempuran dalam pilkada harus dimulai dengan kesiapan logistik yang baik. 
dijelaskan, sejauh ini, pemenang dalam kontestasi pilkada biasanya memiliki logistik yang tidak terpusat. melainkan terbagi di masing-masing wilayah. 
"jadi, mereka lebih efektif. pertempuran itu kan terjadi di kampung-kampung, bukan melalui tahapan yang panjang terfokus pada satu orang, sehingga komunikasi dan koordinasi menjadi lemah bagi yang kalah,” jelasnya.
faktor delapan adalah penggunaan organisasi perangkat daerah (opd) atau aparatur sipil negara (asn) dalam kampanye.
“itu menyalahi jika menggunakan jaringan opd. opd atau asn tidak fleksibel jika dilibatkan dalam pertempuran politik pilkada,” sebutnya.
terakhir, karena kinerja cakada petahana yang dianggap kurang maksimal. 
menurut heri, beberapa petahana menunjukkan performa yang kurang baik, sehingga masyarakat memberikan penilaian negatif. 
dicontohkan, seperti karena diduga mampu mengelola anggaran yang didapat dari negara. 
sehingga kemudian dana yang harusnya sangat dibutuhkan dalam pembangunan daerah itu harus dikembalikan lagi pada negera. 
"kesembilan faktor yang kami sebutkan ini adalah hasil survei dari yang diungkapkan warga bengkulu pada kami. tapi yang paling mutlak, bagi kami umat islam. seperti apapun trik dan cara mereka ereka yang terpilih jadi pemimpin. ini sebenarnya telah tertulis di lauhul mahfuz atau takdir allah swt," pungkasnya.*

Tag

Share

Koran Edisi Terbaru

Baca Koran Radar Kaur, Kamis12 Desember 2024

Berita Terkini

Berita Terpopuler

Berita Pilihan