Akhir dari Politik PKI di Indonesia, Pulau Maut Palembang Tempat Eksekusi Massal
Akhir dari politik PKI di Indonesia.-Sumber foto: koranradarkaur.id-
KORANRADARKAUR.ID – Partai Komunis Indonesia (PKI), yang pernah menjadi salah satu kekuatan politik utama di Indonesia, mengalami akhir yang dramatis pada tahun 1965-1966.
Proses penumpasan PKI yang terjadi dalam periode tersebut menandai berakhirnya salah satu babak penting dalam sejarah politik Indonesia.
PKI, yang dipimpin oleh D.N. Aidit, telah mengembangkan pengaruh signifikan sejak awal 1950-an, memanfaatkan ketidakstabilan politik dan ekonomi pasca-kemerdekaan untuk memperluas basis dukungannya.
Namun, ketegangan antara PKI dan militer, serta partai politik lainnya, semakin meningkat menjelang akhir tahun 1960-an.
Puncak dari ketegangan ini terjadi pada 30 September 1965, ketika Gerakan 30 September (G30S) melancarkan kudeta untuk menggulingkan pemerintahan Presiden Soekarno.
Kelompok ini, yang diduga memiliki hubungan dengan PKI, menculik dan membunuh tujuh jenderal Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI).
Namun, kudeta ini gagal dan memicu respons keras dari militer dan pemerintah.
Setelah G30S gagal, pemerintah yang dipimpin oleh Jenderal Soeharto segera melancarkan operasi penumpasan terhadap PKI. Operasi ini dikenal sebagai "Penumpasan PKI," dan berlangsung secara sistematis.
BACA JUGA:Uang Jaminan Pensiun BPJS Ketenagakerjaan dapat Dicairkan Sebelum Pensiun, Begini Caranya
Selama periode ini, ribuan anggota PKI, simpatisan, dan orang-orang yang dianggap terlibat dengan komunis ditangkap, dipenjara, dan dieksekusi tanpa pengadilan yang adil.
Banyak dari mereka yang ditahan di tempat-tempat seperti Pulau Maut di Palembang, di mana mereka mengalami eksekusi massal.
Salah satu peristiwa paling signifikan dalam penumpasan PKI adalah penangkapan dan eksekusi D.N. Aidit, pemimpin PKI.
BACA JUGA:Kabar Baik PPPK! Pemerintah Bakal Sejahterakan PPPK Hingga Hari Tua