Di bawah komandonya, tentara nasional Indonesia berhasil mengambil senjata Jepang di wilayah Banyumas.
Dia kemudian diangkat sebagai Komandan Batalyon di Kroya, Cilacap karena prestasinya.
BACA JUGA:Suku Aneuk Jame Berasal dari Aceh, Begini Adat Mereka Mencari Jodoh
Soedirman diangkat menjadi komandan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) setelah Republik Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945. Dia dipilih melalui pemungutan suara setelah buntu dalam 2 tahap.
Dia memimpin perang besar pertama yaitu, Perang Palagan Ambarawa yang terjadi dari November hingga Desember 1945 antara TKR yang melawan Inggris dan NICA Belanda. Dia dan pasukannya menerima kemenangan total.
Karena hal tersebutlah, Soedirman dilantik menjadi Jenderal pada 18 Desember 1945 oleh Presiden Soekarno.
Pelantikan tersebut menetapkan Jenderal Soedirman sebagai panglima besar termuda dan pertama dalam sejarah Indonesia.
Setelah menjadi panglima besar, Jenderal Soedirman tetap aktif mempertahankan kedaulatan Republik Indonesia.
BACA JUGA:Kisah Memilukan Mohammad Hatta dan Sepatu Impiannya, Sampai Akhir Hayat Tak Mampu Dibelinya
Jenderal Soedirman paling dikenang karena terus turun ke medan perang untuk menghadapi Agresi Militer Belanda II pada tahun 1948 dengan perang gerilya selama tujuh bulan di hutan dan dalam keadaan sakit TBC.
Jenderal Soedirman meninggal pada 29 Januari 1950 di Magelang Jawa Tengah.
Setelah disemayamkan di Masjid Gede Kauman pada sore hari, jenazahnya kemudian dibawa dengan berjalan kaki ke Taman Makam Pahlawan Semaki.
Jenderal Soedirman meninggalkan warisan yang sangat berharga bagi bangsa Indonesia.
Dia dikenal sebagai seorang pemimpin yang berani, cerdas dan memiliki visi yang jelas.
Jenderal Soedirman juga dikenal sebagai seorang tokoh yang memiliki nilai-nilai kejujuran, keadilan dan patriotisme yang tinggi.
Dia merupakan contoh yang baik bagi para pemimpin dan masyarakat Indonesia untuk terus berjuang demi kemerdekaan dan keadilan.