Soedirman Panglima Besar Termuda dan Pertama Republik Indonesia, Simak Kisah Sosoknya
Soedirman Panglima besar termuda dan pertama Indonesia.-Sumber foto: koranradarkaur.id-
KORANRADARKAUR.ID - Soedirman merupakan sosok panglima besar pertama dan termuda Republik Indonesia yang sangat berjasa bagi negara.
Siapakah Soedirman sebenarnya, pasti banyak tidak tahukan? Cari tahu jawabannya di sini!
Perwira tingkat tinggi selama revolusi nasional Indonesia ini sangat dihormati dan disegani. Sampai hari ini nama dan kisahnya masih diingat, memberikan inspirasi bagi generasi bangsa.
Sosok Jenderal Soedirman yang merupakan Panglima Besar Indonesia yang termuda dan pertama. Dia dilantik menjadi Panglima besar pada 12 November 1945, pada usianya baru 29 tahun.
Diangkatnya dia menjadi panglima tidak ditentukan oleh usianya. Namun, sifat berani dan komitmennya yang kuat yang menjadi dasar dalam penobatannya.
BACA JUGA:Jalan Tol Bengkulu-Lampung Bakal Berdampak Positif Bagi Perekonomian Masyarakat
Dikutip dari nasional.okezone.com, Jenderal Soedirman lahir di Purbalingga Jawa Tengah, pada 24 Januari 1916.
Masa kecil Soedirman sama dengan anak-anak lainnya, ayahnya bernama Karsid Kartawiraji, seorang buruh pabrik gula di Kalibagor dan ibunya bernama Siyem, seorang Wedana Rembang.
Pada tingkat dasar, dia belajar di Hollandsch Inlandsche School. Kemudian, dia pindah ke Sekolah Menengah Wirotomo yang merupakan milik Taman Siswa.
Setelah itu, Jenderal Soedirman menjadi guru di HIK Muhammadiyah.
Selain bersekolah, dia aktif dalam Hizbul Wathan, kegiatan kepanduan Muhammadiyah.
BACA JUGA:20 Maskapai Penerbangan Dengan Makanan Terbaik, Apakah Garuda Indonesia Termasuk?
Pada tahun 1936, Soedirman menikah dengan Alfiah, putri pengusaha batik Raden Sastroatmojo. Dari pernikahan tersebut, mereka dikaruniai tujuh anak yaitu, 3 putra dan 4 putri yang diberi nama Ahmad Tidarwono, Muhammad Teguh Bambang Tjahjadi, Taufik Effendi, Didi Praptiastuti, Didi Sutjiati, Didi Pudjiati dan Titi Wahjuti Satyaningrum.
Pada awalnya, Jenderal Soedirman mengajar di sebuah institusi pendidikan yang terletak di wilayah Cilacap. Namun, dia kemudian bergabung dengan tentara Pembela Tanah Air (PETA) di Bogor selama penjajahan Jepang.