NASAL – Dengan persoalan yang terus berkepanjangan, menjadikan mayoritas anggota plasma PT Ciptamas Bumi Selaras (CBS) alami masalah ekonomi keluarga.
Lebih memprihatinkan lagi, akibat bagi hasil belum ada kejelasan ada anak anggota plasma terancam Droup Ouat (DO) kuliah di Provinsi Lampung. Ada juga yang harus bekejar hutang untuk membayar angsuran bank, juga prihal kehidupan lainnya.
Karena selama ini hasil kebun plasma menjadi andalan mereka untuk mencukupi kebutuhan. Baik untuk anak sekolah, bayar bank dan kebutuhan kehidupan lain dalam keseharian.
Kondisi ini seharusnya menjadi pertimbangan pemerintan untuk memberikan peran besar dalam penyelesaian persoalan plasma PT CBS ini.
Karena jika dibiarkan terus berlarut – larut, maka dampak sistemiknya akan semakin dirasakan pemilik plasma. Bahkan persoalan itu juga akan berimbas pada masyarakat yang lainnya.
Salah satu contoh, jika banyak anggota plasma dalam satu desa nunggak pinjaman bank. Secara otomatis pihak bank akan menjadikan desa itu menjadi zona merah pinjaman, sehingga yang mampu bayar juga akan disamaratakan.
BACA JUGA:Seluruh Pemdes Harus Lebih Fokus Dalam Pengelolaan Keuangan Desa
BACA JUGA:Seluruh Pemdes Harus Lebih Fokus Dalam Pengelolaan Keuangan Desa
Ketua Koperasi Produsen Graha Mitra Selaras Ahyutl Khair, SE tidak menapik ada anggotanya yang sudah merasakan dampak buruk dari persoalan plasma yang belum tuntas ini.
Dia prihatin akan masalah ini, hanya saja ini belum bisa mendapatkan jalan keluar. Katanya, salah satu dari alasan itu pula mereka pengurus terus berjuang untuk mendapatkan kepastian dan meminta petuah petunjuk serta dukungan dari pemerintah.
“Memang tidak semua pemilik plasma ini orang berada. Bahkan lebih dari separuhnya anggota menjadikan kebun plasma ini andalan untuk kebutuhan hidupnya. Mulai dari biaya hidup, bayar bank, biaya anak sekolah dan prihal lainnnya,” beber dia.
Terangnya, terkadang melihat kondisi perjuangan yang belum diketahui ujungnya ini sedih. Karena banyak diantara pemilik plasma ini janda, bahkan ada ahli waris stroke. Mereka ini butuh uang untuk biaya bertaha hidup, selama ini hasil plasma menjadi sumber penghasilan.
BACA JUGA:Hadiri Pembukaan Festival Makan Beantagh di Batu Ampar, Sekda Bengkulu Selatan Sampai Hal Penting
Tapi ini, dengan belum ada kepastian membuat mereka tertekan dalam kehidupan. Dia berharap, kondisi ini menjadi salah satu pertimbangan pemerintah mendorong persoalan plasma ini cepat tuntas.
“Kami terus berjuang ini karena banyak yang dipertaruhkan. Ada kehidupan anak yatim, janda dan sakit. Ini bukann saja karena tanggungjawab saja, tapi sudah persoalan tanggungjawab moral dan beban perasaan kami pengurus,” sebut pasti.