Terpisah, Saipul Anwar (53) anggota plasma membenarkan, saat ini mengalami persoalan keuangan setelah kebun plasma tidak ada kepastian bagi hasil.
Dia juga membenarkan, saat ini anaknya terancam DO karena belum bisa membayar uang sekolah. Karena selama ini uang dari hasil kebun plasma menjadi andalan membayar uang kuliah anaknya, kini dia sedang berjuang mencari pinjaman supayanya anaknya tidak DO kuliah.
BACA JUGA:Pemuda Harus Tanggung, Kadis Pora: Pemuda Sejati Itu Bertangungjawab
“Kini dengan belum ada kepastian pembagian plasma saya tertekan. Uang sekolah anak saya nunggu, sehingga sudah beberapa kali mendapatkan surat dari universitas. Kami masyarakat kecil berharap masalah ini cepat tuntas, karena hasil plasma merupakan andalan kami untuk kehidupan keluarga,” ungkapnya.
Berbeda tempat, Kadir (56) anggota plasma menerangkan, memang ada ahli waris plasma yang dulu tetangganya kene stroke. Saat ini istri almarhum Paimin itu hanya terbaring, selama ini hasil kebun plasma untuk membiayai kebutuhannya.
Dengan belum ada kepastian seperti saat ini, maka sumber penghasilan untuk biaya ibu almarhum tidak pasti. Sehingga kondisinya yang sakit semakin memprihatinkan. Semestinya kondisi masyarakat pemilik plasma ini menjadi perhatian serius dari pemerintah.
“Benar, dengan belum ada kepastian bagi hasil kebun plasma ada mantan tetangga saya yang stroke terdampak. Bahkan untuk membeli pempesnya saja kini mereka sudah kebingungan, karena selama ini hasil kebun plasma yang mejadi sumber utamanya. Semoga saja dalam waktu dekat bagi hasil kebun plasma kami ada kepastian, sehingga kami bisa mendapatkan hak dengan baik,” tuntasnya.