Komoditas utama yang diperdagangkan adalah lada dan emas yang berasal dari dataran tinggi Minangkabau.
Agama Islam pertama kali memasuki Sumatera Barat melalui jalur timur pada abad ke-7 Masehi. Pada tahun 674 Masehi, telah didapati masyarakat Arab muslim di pesisir timur pulau Sumatera.
BACA JUGA:Berdasarkan LHKPN, Kapolda Riau Terkaya di Polri, Ini Harta Kekayaannya
BACA JUGA:Sejarah Penyebaran Islam di Indonesia, Simak Perkembangannya
Selain berdagang, secara perlahan mereka membawa masuk agama Islam ke dataran tinggi Minangkabau atau Sumatera Barat sekarang melalui aliran sungai-sungai tersebut.
Sedang jalur barat didasarkan pada intensitas kegiatan perdagangan di pantai barat Pulau Sumatera pada abad ke-16 Masehi.
Pada masa itu, pengaruh kekuasaan Kesultanan Aceh Darussalam sangat besar, terutama di wilayah pesisir barat Pulau Sumatera.
Aceh Darussalam adalah pelanjut dari kekuasaan Samudra Pasai yang runtuh akibat serangan Portugis.
Intensifnya pengembangan agama Islam melalui jalur barat ini sering dihubungkan dengan nama Syekh Burhanuddin Ulakan.
BACA JUGA:5 Menu Buka Puasa dan Sahur Ramadan Aman Bagi Penderita Asam Lambung, Berikut Ini Jenis - jenisnya
BACA JUGA:8 Menu Buka Puasa Sehat, Ada yang Sangat Digemari
Dia dianggap sebagai tokoh pembawa Islam pertama ke Sumatera Barat melalui pesisir barat. Syekh Burhanuddin adalah murid Syekh Abdur Rauf Singkil, ulama tarikat Syatariyah Aceh.
Syekh Burhanuddin dikenal sebagai pembawa aliran tarikat Syatariyah ke Sumatera Barat untuk pertama kalinya
Selain Syekh Burhanuddin. Ada dua tokoh lain yang memiliki peran besar dalam penyebaran Islam di Sumatera Barat.
Pertama, Haji Miskin. Dia adalah tokoh ulama dan sufi yang dikenal sebagai pendiri aliran Thariqatul Mu’tabaroh di Sumatera Barat.
Haji Miskin adalah murid Syekh Muhammad Jamil Jaho, ulama tarikat Qadariyah wa Naqsyabandiyah yang berasal dari Yaman.