RADAR KAUR - Persentase pencampuran Bahan Bakar Nabati (BBN) ke dalam Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Minyak Solar sebesar 40 persen atau dikenal dengan istilah Biodiesel B40.
Akan ditingkatkan, selain itu juga pemerintah sedang menggalakan Bahan Bakar Nabati (BBN) Bioetanol.
Menurut Direktur Bioenergi Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Edi Wibowo mengatakan bila diterapkan, maka ada peningkatan dari penerapan B40 dilaksanakan pada tahun 2023, maka negara berpotensi menghemat devisa sekitar Rp 200 Triliun (T).
Jumlah penghematan devisa ini meningkat dibandingkan penghematan devisa yang diperoleh pada 2021 dari pemberlakuan B30, yang tercatat sebesar Rp 66 T.
BACA JUGA: 5 Rumah Paling Angker di Indonesia, Ini Sebab dan Kisahnya
BACA JUGA: Tempat Fitnes di Kaur dan Bengkulu Selatan, Berikut 7 Manfaat Fitnes untuk Kesehatan
Dikutip dari cnbcindonesia.com dengan judul “Biodiesel B40 Berlaku, RI Bisa Hemat Devisa Rp 200 Teriliun”.
Potensi penghematan devisa negara pada 2023 ini diperoleh dengan asumsi alokasi biodiesel B40 pada 2023 bisa mencapai 15,03 juta kilo liter (kl).
Asumsi alokasi biodiesel ini dengan perkiraan kebutuhan minyak Solar pada 2023 sebesar 37,5 juta kl.
Artinya, ada penghematan volume impor Solar sebesar jumlah tersebut.
BACA JUGA: Tepuk Bantal 7 Kali, si Dia Bakal Terbayang-Bayang Wajahmu
BACA JUGA: Adalah Kampus Anda? 10 Universitas Punya Jurusan HI Terbaik Indonesia
Penggunaan B40 bisa mengurangi ketergantungan RI pada impor. Terlebih, separuh dari kebutuhan BBM RI kini di pasok melalui impor.
Oleh karena itu, penting bagi Indonesia untuk memanfaatkan sumber daya energi yang ada di tanah air, terutama energi baru terbarukan.
Selain B40 juga bioetanol atau bahan bakar nabati (BBN) akan ditingkatkan.