KORANRADARKAUR.ID - Dalam sejarah kelam Indonesia, nama DN Aidit muncul sebagai salah satu figur sentral yang tidak dapat dipisahkan dari tragedi G30S/PKI pada tahun 1965.
Sebagai pemimpin Partai Komunis Indonesia (PKI) saat itu, Aidit sering kali diidentifikasi sebagai arsitek utama di balik berbagai strategi politik yang diambil oleh partai, yang berujung pada keruntuhan kekuasaan mereka dan aksi kekerasan yang meluas.
Dikutip dari tvOnenews.com, DN Aidit lahir pada 30 Juli 1923 di Jakarta.
Ia dikenal karena kemampuan oratorisnya dan bakat dalam mobilisasi massa.
BACA JUGA:Mengungkap Jejak Kegelapan PKI di Tanah Rencong
BACA JUGA:Sejarah PKI di Blitar Selatan: Ratusan Orang Tewas, Tinggalkan Trauma yang Mendalam
Pada awal 1960-an, Aidit memimpin PKI dalam upaya memperluas pengaruhnya, berusaha menjalin hubungan erat dengan berbagai kelompok masyarakat, termasuk buruh dan petani.
Di bawah kepemimpinannya, PKI mencatatkan pertumbuhan yang signifikan, dengan mencapai lebih dari tiga juta anggota pada masa puncaknya.
Keterkaitan Aidit dengan Uni Soviet dan pemimpinnya, Joseph Stalin, semakin memperkuat posisinya dalam kancah politik global.
Aidit mengadopsi ideologi komunis yang dipengaruhi oleh pemikiran Marx-Lenin, dan berusaha menerapkan konsep tersebut di Indonesia.
Namun, ambisi ini menuai kontroversi dan ketegangan, terutama di tengah masyarakat yang masih kuat berpegang pada nilai-nilai agama dan tradisi.
Peristiwa G30S pada 30 September 1965 menjadi titik balik yang dramatis.
BACA JUGA:Peringatan G30S/PKI Kisah Kelam Sejarah Anak Bangsa, Ini yang Masih Diperdebatkan
BACA JUGA:Pascatragedi G30S PKI, Wali Kota Moerachman Dipenjara di Kalisosok, Ini Kisah Tragedinya
Sejumlah jenderal militer diculik dan dibunuh, dan PKI dituduh sebagai aktor di balik tindakan tersebut.