BACA JUGA:4 Sembako Ini Picu Inflasi! TPID Bengkulu Gelar Rakor
Oleh karena itu, perlu antisipasi yang kuat dari Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) agar inflasi tidak melonjak terlalu tinggi, tambahnya.
Win Rizal juga menyoroti, jelang akhir tahun. Faktor psikologis masyarakat berperan penting dalam mempengaruhi inflasi.
Selain karena suplai dan permintaan. Masyarakat cenderung berbelanja lebih banyak dari kebutuhan pokok.
Terutama dalam persiapan menghadapi libur panjang Natal dan Tahun Baru.
Jadi, bukan hanya soal suplai dan demand. Stok barang sebenarnya cukup, tapi masyarakat cenderung ingin belanja lebih banyak menjelang Natal.
Ini yang harus kita antisipasi. Sosialisasi kepada masyarakat perlu digalakkan agar belanja sesuai kebutuhan.
Bukan karena dorongan psikologis, jelas Win Rizal.
Kendati demikian, inflasi tahun kalender (Januari-September) Provinsi Bengkulu masih berada pada tingkat yang relatif terkendali, yaitu 0,38 persen.
Sementara itu, inflasi tahunan (year-on-year) tercatat sebesar 1,48 persen.
Meski angka inflasi ini cukup stabil, Win Rizal menekankan pentingnya upaya antisipatif di tiga bulan terakhir tahun 2024 agar kenaikan inflasi tidak signifikan.
BACA JUGA:HUT Bhayangkara ke-78, Polda Bengkulu Bedah 3 Rumah Hingga Tebar 8.000 Paket Sembako
BACA JUGA:Polsek Muara Nasal Berikan Bantuan Sembako kepada Balita Gizi Buruk
Mudah-mudahan dalam tiga bulan terakhir ini kita bisa menjaga harga tetap terkendali.
Ini adalah tantangan yang cukup berat, namun dengan langkah-langkah antisipasi yang tepat.
Kita bisa mempertahankan inflasi di rentang 2,5 persen plus minus satu, atau antara 1,5 hingga 3,5 persen. Semoga ini bisa kita wujudkan, harapnya.