KORANRADARKAUR.ID - Periode tergelap dalam sejarah Indonesia pada tahun 1965 dengan munculnya kekejaman yang dilakukan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI).
Konflik ideologis antara PKI dan kelompok agama serta masyarakat umum menyebabkan penderitaan luas dan kekerasan sistematis yang mengubah wajah sosial dan politik negara.
Dikutip dari portalindonesia.com PKI, yang memiliki ideologi komunis yang bertentangan dengan nilai-nilai agama yang dominan di Indonesia, melakukan serangkaian tindakan kekerasan untuk memperkuat cengkeramannya dan menyingkirkan lawan-lawan politiknya.
Menjelang peristiwa Gerakan 30 September (G30S/PKI) pada tahun 1965, PKI melancarkan penindasan brutal terhadap ulama, tokoh agama, serta masyarakat yang dianggap sebagai ancaman terhadap agenda mereka.
Salah satu bentuk kekejaman yang paling mencolok adalah penangkapan dan penyiksaan terhadap para ulama dan pemimpin agama.
Ulama seperti KH. Abdul Karim dari Jawa Timur, yang dikenal karena sikap tegasnya melawan komunis, mengalami penangkapan sewenang-wenang.
BACA JUGA:Kisah Chambali Pembantai Anggota PKI, Sosok Taat Agama dan Permintaan Syahadat Sebelum Eksekusi
BACA JUGA:Momen Haru, Pertemuan Pasukan Elite dan PKI Pemberontak di Medan Perang
Ia dan banyak ulama lainnya ditahan dalam kondisi yang sangat buruk dan mengalami penyiksaan fisik yang ekstrem. Penangkapan ini sering kali diikuti oleh eksekusi tanpa proses hukum yang adil, dengan banyak korban dieksekusi secara brutal.
Selain ulama, masyarakat umum juga menjadi sasaran kekejaman PKI. Banyak warga desa dan kota yang dianggap sebagai musuh politik ditangkap dan disiksa.
Penangkapan dilakukan dengan cara sembarangan, sering kali tanpa bukti yang jelas dan di bawah kondisi yang sangat tidak manusiawi.
Korban kekejaman ini sering kali dipaksa untuk mengakui keterlibatan dalam kegiatan anti-komunis yang tidak mereka lakukan.
Di daerah-daerah seperti Jawa Tengah dan Jawa Timur, PKI juga menyerang dan menghancurkan lembaga-lembaga keagamaan.
Pesantren dan rumah ibadah diserang, santri dan pengurus pesantren disiksa, serta fasilitas-fasilitas keagamaan dihancurkan sebagai bagian dari strategi untuk menghapus pengaruh agama.
Banyak orang yang selamat dari serangan ini mengalami trauma mendalam dan kehilangan yang tidak terbayangkan.