Menjajah Hanya Seumur Jagung, Ternyata Ini Infrastruktur Peninggalan Jepang di Indonesia

Senin 26 Aug 2024 - 09:01 WIB
Reporter : Riska Ayu K
Editor : Dedi Julizar

Bandara ini sempat terbengkalai setelah Jepang meninggalkannya hingga pada masa Orde Baru kembali digunakan untuk penerbangan perintis oleh maskapai Merpati. 

Bandara Sugimanuru sangat kecil, dengan runway sepanjang 750 meter dan lebar 23 meter. Meskipun kecil, bandara ini adalah bandara terdekat ke Raha, kota terbesar di Pulau Muna.

Masyarakat Pulau Muna saat ini sebagian besar bergantung pada layanan penerbangan yang ditawarkan oleh Bandara Batoambari di Baubau dan Bandara Haluoleo di Kendari.

BACA JUGA:Cantik dan Berani! Ini Kisah Perjuangan Cut Meutia dari Tahan Rencong

BACA JUGA:Kisah Komaruddin Pejuang 1 Maret Kebal Peluru, Simak di Sini Kisahnya

4. Bandara Leo Wattimena

Bandara Leo Wattime merupakan bandara peninggalan militer Jepang yang berada di Morotai, Maluku Utara.

Bandara ini dibangun oleh Jepang pada tahun 1942 dengan hanya memiliki dua landasan pacu.

Namun, setelah Sekutu berhasil merebut Morotai dari Jepang, lima landasan pacu tambahan pun dibangun. 

Dua berfungsi sebagai runway, tiga lainnya sebagai lahan parkir pesawat-pesawat militer. Bandara ini juga sempat menjadi markas Jenderal Sekutu, Douglas McArthur.

Setelah Indonesia merdeka, landasan udara ini kemudian dimiliki oleh pemerintah dan dia mengganti namanya menjadi Leo Wattimena, seorang pejuang dari Morotai.

Selain digunakan untuk penerbangan sipil, Bandara Leo Wattimena adalah pangkalan militer TNI AU. ***

Kategori :