Si pria dapat bermalam di sana jika sang wanita mengizinkannya.
Artinya, wanita memiliki kebebasan untuk memilih dan mengubah pasangan mereka sesuka hatinya. Tradisi ini dianggap tidak merugikan wanita karena didasarkan prinsip matrilineal.
5. Penduduk Tibet China
Penduduk Tibet yang tinggal di pegunungan membuat sebagian lahan pertanian sulit untuk ditanami dan membutuhkan banyak kekuatan fisik.
Karena kekuatan dan kemampuan mereka untuk membantu menjalankan pertanian, perempuan akhirnya menikahi banyak laki-laki.
Pernikahan dalam tradisi Tibet sudah direncanakan sejak anak-anak mereka masih kecil.
Dalam rumah tangga poliandri itu, saudara laki-laki tertua berperan sebagai kepala keluarga dan saudara laki-laki lainnya bekerja secara adil, tetapi memiliki hak yang sama untuk memiliki hubungan intim dengan sang istri dan dilayani dengan adil oleh sang istri.
Anak-anak juga harus menghormati paman-paman mereka sebagai ayah. Namun, mereka biasanya hanya menghubungi memanggil ayah kepada suami tertua yang masih hidup.
Praktik poliandri ini mulai ditinggalkan oleh mereka sering dengan berjalannya waktu. Namun praktik ini masih dilakukan di daerah-daerah terpencil di Tibet. *