Banten Jadi Pusat Penyeberan Islam, Ini 2 Jalur Masuknya

Masjid Agung Banten menjadi saksi sejarah penyebaran Islam di Provinsi Banten. -Sumber gambar: radarseluma.disway.id-

Tahun 1479, Sunan Gunung Jati berangkat ke Jawa untuk berdakwah, ia singgah di Demak dan berguru kepada Sunan Ampel. 

Setelah itu mendirikan pesantren di Cirebon dan menjadi raja pertama Kerajaan Cirebon. 

BACA JUGA:2 Korban Hanyut di Kedurang Diperikirakan BPBD Bengkulu Selatan di Perairan Lampung

BACA JUGA:Pemkab Bengkulu Selatan Tinggal Tunggu Teknis dan Persiapan Pelaksanaan Seleksi CASN 2024

Dalam kisah hidupnya ia juga membantu Fatahillah seorang panglima perang dari Demak.

Dalam menaklukkan Sunda Kelapa atau kini bernama Jakarta dari Portugis. Peristiwa ini terjadi tahun 1527.

Setelah berhasil merebut Sunda Kelapa, Sunan Gunung Jati dan Fatahillah melanjutkan perjuangan mereka ke arah barat. 

Mereka menyerang Banten Lama, ibu kota Kerajaan Pajajaran, yang dipimpin oleh Prabu Surawisesa. 

Pertempuran sengit terjadi antara pasukan Islam dan pasukan Hindu-Buddha. Akhirnya, pada tahun 1527, Banten Lama jatuh ke tangan pasukan Islam.

BACA JUGA:UPDATE TERBARU! 27 Rumah dan Puskesmas di Kecamatan Pino Raya Runtuh Akibat Gempa

BACA JUGA:4 Keutamaan Salat Berjamaah Lima Waktu di Masjid Bagi Muslim

Sunan Gunung Jati kemudian menobatkan Hasanuddin yang adalah putra Fatahillah sebagai raja pertama Kesultanan Banten dengan gelar Maulana Hasanuddin. 

Sunan Gunung Jati sendiri kembali ke Cirebon dan wafat pada tahun 1568. Makamnya berada di Gunung Jati, Cirebon.

Islam berkembang pesat di Banten setelah berdirinya Kesultanan Banten. Maulana Hasanuddin membangun masjid dan istana di Banten Lama, yang kemudian dikenal sebagai Masjid Agung Banten dan Keraton Surosowan.

Ia juga memperluas wilayah kekuasaannya hingga ke Lampung, Sumatera Selatan, dan Kalimantan.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan