Drama Bidaah: Antara Propaganda Tersembunyi dan Kritik Sosial

Drama Bidaah propaganda tersembunyi dan kritik sosial-sumber foto: Koranradarkaur.id-

koranradarkaur.id Sebelumnya warga khususnya Indonesia dihebohkan dengan drama Bidaah yang berasal dari Malaysia. Serial ini langnsung mendadak viral karena alur cerita bikin gereget publik.

Dalam drama Bidaah pemeran tokoh utama adalah Faizal Hussein sebagai Walid Muhammad yaitu pemimpin kelompok keagamaan yang kontroversial dan karismatik, namun memiliki agenda tersembunyi. 

Faizal Hussein sendiri adalah aktor senior Malaysia yang telah berkarir di industri hiburan selama lebih dari 50 tahun.

Selanjutnya, ada Fattah Amin sebagai Hambali seorang yang berusaha membantah ajaran sesat Walid dan ingin menyelamatkan orang-orang dari pengaruhnya.

Selanjutnya, ada Riena Diana sebagai Baiduri Seorang wanita yang ingin menyelamatkan ibunya dari ajaran sesat Walid dan bekerja sama dengan Hambali.

BACA JUGA:Ini 5 Biodata Pemain Drama Bidaah, Nama Lengkap Hingga Akun Instagram

BACA JUGA:Serial Bidaah dan Saran dari Abah Anom dalam Memilih Guru

Nah dengan tokoh utama tersebut maka drama Bidaah menjadi lebih menarik. Faizal Hussein sebagai Walid Muhammad berhasil membawa nuansa kontroversial, Fattah Amin sebagai Hambali membawa perjuangan dan kebenaran, sedangkan Riena Diana sebagai Baiduri membawa perspektif wanita yang terjebak dalam situasi sulit.

Dengan demikian, drama Bidaah  berhasil menyajikan cerita yang kompleks dan penuh konflik, membuat penonton penasaran dan ingin tahu bagaimana akhir cerita tersebut.

Mengutip dari jatim.nu.or.id, yang membuat drama ini viral bukan sekadar jalan ceritanya, melainkan visualisasi tokoh Walid yang mengenakan jubah, penutup kepala menyerupai sorban dan tampil dalam balutan citra sufi sebuah gambaran yang sontak memicu beragam tafsir dan reaksi, terutama dari masyarakat Indonesia. 

Banyak warganet menilai bahwa serial ini mengangkat realitas pahit dari sejumlah kasus nyata yang pernah mengguncang Indonesia, di mana ajaran agama digunakan sebagai kedok manipulasi dan pelampiasan hawa nafsu oleh segelintir pemimpin spiritual.   

Namun yang lebih mencengangkan dari fenomena ini bukan hanya substansi cerita, melainkan siapa yang paling vokal membela dan mempromosikannya. 

Sekelompok pihak yang selama ini dikenal paling keras menentang dunia seni peran yang dulu lantang menyebut teater sebagai panggung maksiat dan drama sebagai sarang kebohongan kini tampil sebagai pendukung paling militan dari serial tersebut.  

Perubahan arah ini bukan tanpa sebab, drama ini dinilai berhasil menyisipkan pesan simbolik yang mereka anggap merendahkan dunia tasawuf dan mendiskreditkan para ulama sufi.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan