Meruah, Tradisi Jelang Ramadan Suku Basemah dan Semende di Bengkulu

Suasana kegiatan meruah yang menjadi tradisi jelang Ramadan oleh masyarakat Suku Basemah dan Semende di Provinsi Bengkulu-Sumber Foto: koranradarkaur.id-

BANYAK tradisi jelang Ramadan dilakukan umat Islam di Bengkulu. Salah satunya tradisi meruah yang dilakukan warga Suku Basemah dan Suku Semende, yang berdomisili di seluruh wilayah Provinsi Bengkulu. Lantas seperti apa bentuk dan makna dari tradisi meruah ini? Berikut selengkapnya. 

HERY - Bengkulu

SEBAGAI negara dengan umat Islam terbesar di dunia. Setiap daerah di Indonesia memiliki tradisi jelang Ramadan yang tersendiri, termasuk di Provinsi Bengkulu. Salah satu tradisi itu yakni meruah. 

Tradisi jelang Ramadan ini dilakukan warga Suku Basemah dan Suku Semende yang hampir berdomisili secara berkelompok di wilayah Provinsi Bengkulu. 

Tradisi meruah sendiri bertujuan membersihkan hati  menyambut bulan suci Ramadan yang penuh keberkahan, dengan saling bermaaf-maafan antar tetangga.

Cara pelaksanaan tradisi meruah ini. Sebuah keluarga akan mengundang jiran tetangga, lalu bersama-sama mengirimkan doa pada keluarga yang telah meninggal dunia. Selanjutnya dilanjutkan dengan acara menjamu jiran tetangga yang hadir. 

Ketua Ikatan Keluarga Kedurang (IKK) Kota Bengkulu Desven Amril, S.Sos, M.Si mengungkapkan, selain untuk menyambung silaturahmi dan membersihkan hati dengan saling bermaafan. Meruah sendiri merupakan bentuk syukur keluarga yang melakukan tradisi pada nikmat yang diberi Sang Khaliq. 

BACA JUGA:Tradisi Ritual Paliare Desa Muara Dua Dilaksanakan, Simak Tujuan Utamanya

BACA JUGA:Tradisi Sambut Ramadan, Warga Kaur Ramai “Ngenggawangan” di TPU

"Dalam menjalankan ibadah puasa. Diajarkan untuk dilakukan dengan hati yang bersih. Caranya dengan meminta maaf atas kekhilafan yang diperbuat. Juga memaafkan kekhilafan orang lain. Kemudian, menjamu tetangga yang hadir merupakan bentuk ibadah sedekah dan perwujudan rasa syukur. Ini yang merupakan tujuan dari tradisi Meruah ini," jelas Desven, Jumat 7 Februari 2025.

Lanjutnya, dalam budaya adat Suku Basemah ataupun Suku Semende. tradisi Meruah bertujuan menyambung kembali tali silaturahmi, dalam sudut pandang kehidupan sosial masyarakat. Serta memperkuat rasa kesatuan dalam diri warga Basemah ataupun Semende. 

"Jadi ada banyak manfaat positif dari tradisi meruah ini. Di antaranya memperkuat rasa persatuan dan kesatuan," ungkapnya. 

Lebih jauh, kata Desven, bagi warga Kedurang yang masuk dalam Suku Basemah. Hingga sekarang tradisi jelang Ramadan ini tetap dilakukan. Tidak hanya dilakukan di kampung halaman, warga Kedurang yang berdomisili di Kota Bengkulu juga tetap menjaga tradisi itu. 

"Meski berada cukup jauh dari tanah kelahiran. Kami warga Kedurang di Kota Bengkulu tetap menjaga tradisi ini. Seperti halnya halalbihalal setelah lebaran. Meruah ini wadah kami untuk memperkuat persatuan dan rasa kekeluargaan," ungkapnya. 

Bakar Lunjuk

Sementara itu, selain tradisi meruah yang dilakukan warga Suku Basemah dan Suku Semende yang hampir ada di seluruh wilayah Provinsi Bengkulu, termasuk Kaur. 

Tenyata ada satu lagi tradisi jelang Ramadan yang dilakukan di Bengkulu. Tradisi itu adalah bakar Lunjuk yang biasa dilakukan masyarakat wilayah Seluma Manna Kaur (Semaku). Selain itu, tradisi bakar Lunjuk juga dilakukan jelang hari raya Idul Fitri. 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan