Orasinya Membakar Semangat Arek-arek Surabaya, Yuk Lebih Kenal dengan Bung Tomo dan Perannya Dalam Kemerdekaan
Bung Tomo dan perannya untuk Indonesia-sumber foto: Koranradarkaur.id-
Selanjutnya, Bung Tomo diangkat menjadi sekretaris organisasi politik tersebut.
Bung Tomo juga aktif menulis. Di Surabaya, tulisannya pertama kali dipublikasikan di harian Oemoem. Hingga pada tahun 1945, dia menjadi Pemimpin Redaksi Berita Antara.
Bung Tomo akhirnya menikah dengan Sulistina, seorang mantan perawat Palang Merah Indonesia (PMI).
Dari pernikahannya, dia dan istrinya dikaruniai 4 orang anak yaitu, Titing Sulistami, Bambang Sulistomo, Sri Sulistami dan Ratna Sulistami.
Peran Bung Tomo dalam pertempuran surabaya memang sangat penting untuk diketahui masyarakat Indonesia saat ini.
Karena, Bung Tomo adalah pahlawan yang berhasil mendorong dan membakar semangat Arek-arek Surabaya untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Pada 10 November 1945, merupakan puncak dari pertempuran Surabaya. Pertempuran ini dimulai pada 25 Oktober 1945 dengan kedatangan tentara Inggris dan penjajah Belanda.
Peristiwa tersebut menyebabkan perang antara Indonesia meawan sekutu yaitu Belanda dan Inggris.
Belanda membonceng tentara sekutu Inggris untuk kembali menguasai Indonesia, bersama dengan pasukan yang tergabung dalam Rehabilitation of Allied Prisoners of War and Internees (RAPWI).
Kedatangan para penjajah tentunya membuat Surabaya menjadi tegang dan kaum muda bergabung dengan pejuang yang ingin mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia.
Ini terbukti pada 19 September 1945 dengan perobekan bendera Belanda di Hotel Yamato.
Tentunya, peristiwa perobekan bendera tersebut akan menimbulkan permasalahan lanjutan. Rangkaian konflik terjadi selama beberapa hari setelah pasukan Inggris menduduki gedung pemerintahan Surabaya pada 27 Oktober 1945.
Presiden Soekarno tiba di Surabaya pada 29 Oktober 1945 dengan tujuan untuk menghentikan pertempuran. Di Surabaya pada 30 Oktober 1945, para pejuang dan Sekutu mencapai gencatan senjata setelah kedatangan Bung Karno.
Namun, pada hari yang sama terjadi peristiwa yang membunuh komandan pasukan Sekutu di Jawa Timur, Brigadir Jenderal Aubertin Mallaby. Kematian Brigadir A.W.S. Mallaby tentunya membuat kubu Sekutu marah.
Pada 9 November 1945, Mayor Jenderal E.C. Mansergh menggantikan Mallaby sebagai Kepala Divisi Infanteri ke-5 Inggris yang melayangkan ultimatum kepada rakyat Surabaya ada 9 November 1945.