Disebutkan bahwa perwira dan pegawai senior VOC menyalahgunakan kekuasaan untuk mencari keuntungan pribadi.
Bahkan singkatan dari VOC diubah menjadi Vergaan Onder Corruptie, yang berarti tenggelam karena korupsi.
BACA JUGA:3 Pahlawan Nasional Meninggal Dunia di Usia Masih Muda, Ini Nama - Namanya
BACA JUGA:Dianggap Layak untuk Dimekarkan, Ini Alasan Wacana Pemekaran Provinsi Lampung Utara
2. Menurunnya Pendapatan VOC
Monopoli perdagangan rempah-rempah di Indonesia memungkinkan VOC memperoleh keuntungan yang sangat besar.
Namun demikian, saat perdagangan rempah-rempah mulai melemah pada abad ke-18, pendapatan VOC pun juga kena imbasnya.
Pendapatan yang semakin menurun, padahal biaya yang harus dikeluarkan cukup banyak sehingga menjadikan VOC tidak mampu membayar dividen dari saham-saham yang sudah dibeli rakyat.
Setelah itu, VOC berutang kepada negara, tetapi utang menjadi semakin banyak dan VOC akhirnya bangkrut.
3. Anggaran Pegawai yang Terlalu Besar
Para pejabat VOC dikenal sering meminta hadiah dan upeti, yang berkaitan dengan mekanisme pergantian jabatan dalam organisasi.
Selain itu, gaya hidup berfoya-foya dan feodalisme menyebabkan krisis keuangan VOC.
4. Biaya Perang yang Besar
VOC tidak hanya memonopoli perdagangan tetapi juga mengatur politik dan pemerintahan. Hal inilah yang menyebabkan perang terjadi di mana-mana.
Secara otomatis, ada banyak wilayah yang menentang yang harus ditangani oleh pemerintah Belanda dengan biaya perang dan pertempuran yang besar. ***