KORANRADARKAUR.ID - Suku Sekak adalah salah satu kelompok etnis yang telah lama menghuni Pulau Bangka Belitung, daerah yang dikenal akan kekayaan budaya dan sejarahnya di Indonesia.
Meskipun telah berbaur dengan berbagai suku lain seperti Melayu, Tionghoa, Bugis dan Buton, suku Sekak saat ini hampir punah dari segi populasi dan budaya.
Untuk diketahi, suku Sekak dikenal sebagai ahli dalam perahu. Mereka pernah bertugas sebagai pemandu kapal di perairan Bangka Belitung.
Di masa lalu, mereka berperan penting sebagai pemandu bagi kapal-kapal yang melintasi perairan Bangka Belitung.
Pada saat itu, perairan yang berlumpur membuat navigasi menjadi sulit.
Namun, sejak kehidupan suku Sekak mulai mengalami perubahan drastis. Banyak dari mereka yang semula tinggal di laut mulai pindah ke daratan, terutama di Desa Baskara Bakti.
BACA JUGA:Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia Bukan Saja Bukti Kemerdekaan Indonesia, Tapi Simbol Ini
BACA JUGA:12 Terduga Pelaku Begal di Bengkulu Selatan Masih Misteri
Perubahan ini menyebabkan hilangnya sebagian besar dari kehidupan laut yang telah menjadi identitas mereka. Dengan kondisi ini semakin diperparah, sehingga larangan melaut diberlakukan.
Dengan diberlakukannya larangan melaut, suku Sekak mencari sumber penghidupan lain.
Banyak di antara mereka yang kini bekerja di penambangan timah, sebuah pekerjaan yang sangat berbeda dari kehidupan mereka sebelumnya yang berhubungan erat dengan laut.
Tanah yang semula disediakan oleh pemerintah untuk pertanian dan perkebunan sebagian besar telah dijual dan kini menjadi perkebunan kelapa sawit.
Meski telah beradaptasi dengan kondisi ini, banyak anggota komunitas yang masih merindukan kehidupan sebagai nelayan.
Pada saat ini, komunitas asli Suku Sekak hanya tersisa di beberapa lokasi di Bangka Belitung, dengan populasi yang diperkirakan hanya sekitar 120 keluarga.
Di Pulau Bangka, mereka masih tinggal di Kuto Panji, Jebu Laut, Kudinpar, Lepar dan Pongok, sedangkan di Belitung, mereka tersebar di Juru Seberang, Kampung Baru dan Gantung.