Selama perlawanan terakhirnya pada tahun 1907, Sisingamangaradja XII sempat ditawari kesepakatan damai, tetapi dia menolaknya.
BACA JUGA:E-Book, Inovasi Terbaru dalam Meningkatkan Minat Literasi
Akhirnya, Sisingamangaradja XII tewas dalam medan perang setelah menderita banyak luka tembak. Pada tahun 1961, Sisingamangaradja XII ditetapkan menjadi pahlawan nasional atas perjuangannya.
2. Teuku Umar
Teuku Umar tidak gentar memperjuangkan tanah airnya untuk mengusir Belanda dari Aceh. Bahkan pada usia 19 tahun, Teuku Umar telah turun dalam peperangan.
Dia telah menjabat sebagai Panglima Pertahanan Rakyat dan Kepala Desa (keuchik) Gampong Darat saat dia berusia 20-an.
Dia memiliki strategi yang cerdik sebagai seorang pejuang. Untuk mendapatkan senjata dan kekuatan, Teuku Umar berpura-pura menjadi kaki tangan Belanda.
BACA JUGA:Sawah Kekeringan, Padi yang Ditanam Sia-sia, Petani Kaur Merugi
Teuku Umar kemudian diburu oleh Belanda karena pengkhianatan tersebut. Teuku Umar akhirnya ditemukan berkat bantuan seorang mata-mata.
Keduanya terlibat dalam peperangan yang tidak dapat dihindari hingga pahlawan Aceh ini meninggal akibat tembakan.
Teuku Umar ditetapkan menjadi Pahlawan Nasional Indonesia pada 6 November 1973.
3. I Gusti Ngurah Rai
I Gusti Ngurah Rai dikenal sebagai jenderal yang tak kenal takut selama memimpin Perang Puputan Margarana.
Kekecewaan Ngurah Rai dan orang Bali terhadap hasil Perundingan Linggarjati, yang hanya mengakui Jawa, Sumatera, dan Madura sebagai wilayah kekuasaan Indonesia, memicu Perang Puputan Margarana.
BACA JUGA:Mengungkap Leher Suku Karen Harus Panjang, Ternyata Ini Alasannya
Sang jenderal dan pasukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) berusaha mati-matian untuk mengusir pasukan NICA yang kala itu datang kembali.