Bentuk Kekejaman Jepang Menjajah Indonesia Bikin Emosi, Simak di Sini Bentuk Brutalnya

Jumat 09 Aug 2024 - 12:02 WIB
Reporter : Riska Ayu K
Editor : Daspan Haryadi

Penjara jongkok adalah bak dengan tinggi 50 sentimeter di mana para tahanan harus jongkok. Seakan tak cukup kejam, maka bak tersebut diisi air sampai leher lalu ditutup dengan besi. 

Penjara berdiri berukuran 1 x 1 meter. Ruangan itu biasanya diisi oleh 8 orang. Di dalamnya, para tahanan, baik warga Belanda maupun pribumi harus berdiri berdesak-desakan.

4. Menyiksa dan membiarkan tahanan mati kelaparan

Seakan penjara yang dibuat belum cukup untuk menyiksa tahanan, Penjajah Jepang terkenal sering membiarkan tawanannya kelaparan.

Selama berhari-hari, para sipir dengan sengaja tidak memberikan makanan kepada para tahanan. Kalaupun para tahanan itu diberi makan, yang diberikan tersebut tidak memenuhi kebutuhan nutrisi. 

Ini terjadi karena penjajah Jepang menganggap penjara sebagai tempat untuk menyiksa daripada menahan.

Tak mengherankan jika banyak tahanan meninggal sebelum dieksekusi. Bahkan Kempeitai, Polisi Militer Jepang yang sangat kejam, juga sering menyiksa tahanan. 

Mereka tidak ragu-ragu mengeluarkan berbagai cara untuk menyiksa orang, seperti mencambuk, menggantung tubuh secara terbalik, memukul dengan pentungan logam dan sebagainya.

5. Diduga menyuntikkan virus dan bakteri terhadap para tahanan

Banyak orang tidak menyadari bahwa penjajah Jepang juga menggunakan senjata biologis dalam upaya mereka untuk memenangkan Perang Dunia II.

Metode ini dikenal sebagai operasi Unit 731, yang memiliki laboratorium di Harbin, Tiongkok.

Mereka sering melakukan uji coba obat kimia, virus dan bakteri pada manusia mengujinya.

Misalnya, menyuntikkan bakteri sifilis kepada wanita hamil, meledakkan bom untuk memeriksa dampaknya pada orang, membedah tahanan tanpa bius dan sebagainya.

Banyak ahli berpendapat bahwa Indonesia juga menjadi sasaran Unit 731. 

Meskipun menurut sejarah, orang Tiongkok sering menjadi "kelinci percobaannya". Salah satunya terjadi di markas romusha di Klender, Jakarta.

Ratusan pekerja paksa tiba-tiba ditemukan dalam kondisi kritis dengan gejala tetanus sekitar tahun 1942-1943. 

Kategori :