Naskah Proklamasi Asli dibuang ke Tempat Sampah, Ternyata Sosok Ini yang Menyelamatkannya

Senin 05 Aug 2024 - 10:00 WIB
Reporter : Riska Ayu K
Editor : Dedi Julizar

Sebenarnya, dia tidak memiliki biaya yang cukup untuk kuliah, tetapi Dekker mengizinkannya karena semangat belajarnya yang kuat.

BACA JUGA:Benarkah Istilah Kucing Memiliki 9 Nyawa? Ada Kaitannya dengan Khodam Pendamping

BACA JUGA:Tidak Hanya Fatmawati, Inilah Sederet Pahlawan Indonesia Asal Bengkulu

BM Diah bahkan diberi kesempatan untuk menjadi sekretaris sekolah agar dia bisa membayar kuliahnya.

BM Diah memutuskan mendalami ilmu jurnalistik selama belajar di Ksatria Institut. Setelah lulus, dia menjabat sebagai redaktur harian Sinar Deli. 

Satu setengah tahun kemudian, BM Diah kembali ke Jakarta dan menjadi pegawai honorer di Sin Po Daily.

Tidak lama kemudian, dia memutuskan untuk bekerja di Warta Harian, di mana dia hanya bekerja selama tujuh bulan karena koran itu dibubarkan. 

Alhasil, BM Diah memutuskan untuk mendirikan perusahaannya sendiri yaitu, Bulanan Pertjatoeran Doenia.

BM Diah bekerja sebagai penyiar bahasa Inggris di Radio Hosokyoku pada tahun 1942 ketika Jepang masuk ke Indonesia.

Dia juga juga bekerja sebagai asisten editor di perusahaan Asia Raya. Karena ketahuan bekerja di tempat lain, dia dipenjara selama empat hari. 

Selain menjalani profesinya sebagai seorang jurnalis, BM Diah sering berdiskusi tentang ide atau gagasan kemerdekaan Indonesia dengan Sukarni dan Chairul Saleh. 

Dia juga pernah berkumpul dengan kaum muda pada Mei dan Juni 1945 untuk mengambil keputusan dan berusaha keluar dari penjajahan.

Karena upayanya untuk mendorong pemuda, BM Diah sempat ditangkap oleh Jepang pada 7 Agustus karena dianggap berbahaya. 

Setelah dijamin oleh keluarga besar istrinya, dia baru dibebaskan pada 15 Agustus 1945.

Untuk mendorong Soekarno-Hatta untuk melakukan revolusi. Dia segera menemui Sukarni dan Chairul Saleh di rumah Soebardjo.

BACA JUGA:Indonesia AirAsia Buka Rute Jakarta ke Brunei, Segini Harga Tiketnya

Kategori :