BENGKULU SELATAN (BS) - Pasti sudah tidak asing lagi jika Kabupaten BS dikenal orang memiliki ratusan bahkan ribuan hektar lahan sawah yang tersebar di 11 kecamatan. Sayangnya, tidak semua sawah bisa digarap secara rutin. Sebab, banyak sawah yang tadah hujan, hanya mengandalkan air hujan sebagai sumber air.
Akibatnya, saat musim kemarau, lahan sawah tersebut tidak bisa digarap, hanya menjadi lahan tidur. Contohnya saja hamparan sawah Senangun di wilayah Desa Tanggo Raso Kecamatan Pino Raya dan ratusan hektar hamparan sawah di Desa Ganjuh Kecamatan Pino. Dampak buruknya, meskipun BS merupakan salah satu daerah penghasil padi terbesar, namun harga beras di pasar BS justru terus-terusan melangit.
"Ya, memang daerah kita ini memiliki banyak lahan sawah, tapi masyarakat masih sering kesulitan mencari beras. Ada pun harganya mahal. Itu penyebabnya karena lahan sawah yang ada tidak bisa digarap secara rutin, tidak produktif. Sehingga gabah yang dihasilkan terbatas," kata Anggota DPRD BS, Drs. Yunadi.
Lanjut Yunadi, sawah yang bisa digarap secara rutin di BS hanya dibeberapa daerah saja, seperti di wilayah Kecamatan Seginim, Air Nipis dan Kedurang. Di wilayah tersebut ada irigasi yang bisa menyuplai kebutuhan air untuk menggarap sawah. Sementara, di daerah lain memang masih kurang sentuhan tangan pemerintah.
"Artinya kalau semua lahan sawah di daerah kita ada irigasi sebagai sumber air, maka semua sawah akan produktif, dapat digarap secara rutin oleh petani. Gabah dan beras yang dihasilkan tentu melimpah, masyarakat tidak perlu khawatir krisis pangan," tuturnya. (roh)