Sampai saat ini hanya tersisa 8 orang saja yang masih memakainya. Tidak ada satupun generasi muda yang bisa menggunakan bahasa ini.
Sehingga PBB pun menempatkan bahasa ini sebagai bahasa yang statusnya juga kritis, alias sangat terancam bisa punah selamanya.
BACA JUGA:MENGEJUTKAN! Dalam Sebulan Pelanggaran ETLE di Kaur Banyak, Segini Jumlahnya
3. Bahasa Liki atau Bahasa Moar
Bahasa Liki merupakan bahasa yang berasal dari kepulauan di Pantai Utara Sarmi, tepatnya di Kabupaten Jayapura Kecamatan Sarmi Indonesia.
Di pertengahan tahun 2007, sebuah studi berhasil membuktikan bahwa masih ada tersisa 5 orang yang masih memakai bahasa Liki. Pada era masa lalu, bahasa Liki ini sering dipakai para petinggi atau pejabat gereja lokal di wilayah itu.
Namun kian kemari bahasa ini dianggap tidak efisien lagi. Sehingga dinyatakan nyaris hilang dari peradaban manusia.
BACA JUGA:Jelang Pemilu, Begini Pesan Kapolres Kaur
Bahasa Liki ini asalnya dari percampuran beberapa bahasa, yaitu bahasa Austronesia, bahasa Malayo-Polynesia, bahasa Timur Tengah, bahasa Timur Malayo-Polynesia, bahasa Kelautan, bahasa Barat Kelautan, bahasa North New Guinea, bahasa Sarmi-Jayapura Bay, serta bahasa Sarmi.
4. Bahasa Tanema atau Bahasa Tetawo
Bahasa ini asalnya dari Kepulauan Solomon. Dulunya bahasa Tanema ini banyak dipakai di beberapa tempat juga, seperti Pulau Vanikolo, kemudian di Propinsi Temotu dan juga di desa kecil bernama Desa Emua.
Menurut penelitian, pada saat ini, tersisa 4 orang saja di dunia yang masih aktif menggunakan bahasa Tanema.
Tanema adalah sebuah jenis bahasa yang memiliki banyak campuran dari Austronesia serta Melayu-Polinesia Tengah - Timur.
Pada masa peralihannya dulu, banyak penduduk asli setempat yang kemudian beralih memakai bahasa Pijin, di mana bahasa Pijin itu adalah salah satu bahsa yang sangat populer di wilayah kepulauan ini.