BENGKULU SELATAN (BS) - Masyarakat khususnya penggunaan kendaraan kembali mengeluhkan minimnya infrastruktur jalan yang ada di Kabupaten BS. Seperti yang ada di Simpang Tiga Kayu Kunyit Kelurahan Kayu Kunyit Kecamatan Manna.
Berdasarkan data terhimpun Radar Kaur (RKa) di lapangan, jalan nasional di Simpang Tiga Kayu Kunyit sudah beberapa kali memakan korban kecelakaan. Persimpangan yang mempertemukan Kecamatan Manna, Seginim dan Bunga Mas ini perlu ditata ulang oleh pemerintah.
Apalagi, Simpang Tiga Kayu Kunyit menjadi salah satu lintasan Sumatera yang selalu ramai pengendara yang melintas. Bahkan, setiap hari jalan ini menjadi perlintasan kendaraan dari Pulau Jawa, Lampung menuju Bengkulu atau sebaliknya.
Dodi Hartono (32) warga Kelurahan Kayu Kunyit Kecamatan Manna mengaku, memang hampir setiap hari ada pengendara yang mengalami kecelakaan di persimpangan ini. Paling banyak adalah senggolan antara motor dan mobil.
BACA JUGA:Lima OPD Pemkab BS Akan Kelola DAK Rp 89 Miliar, Berikut Sasarannya
BACA JUGA:Eks Komisioner Bawaslu Terpilih Jadi Ketua KPU BS, Berikut Pengisian 5 Divisinya
"Simpang Tiga Kayu Kunyit ini pas nian dengan warung makan kami. Jadi, setiap ada kejadian kecelakaan pasti pertama kali kami yang melihatnya. Sepanjang 2023 lalu, sudah beberapa kali kecelakaan di sini," kata Dodi.
Untuk itu, Dodi berharap masalah ini cepat ditanggapi oleh pemerintah daerah. Apalagi, di persimpangan ini juga minim penerangan saat malam hari. Bukan hanya itu, persimpangan ini juga belum ada lampu peringatan hingga traffic light sebagai pengatur lalulintas.
"Pemerintah harus carikan solusi agar peristiwa kecelakaan tidak terjadi lagi di sini. Jangan sampai, nantinya sudah banyak korban jiwa baru mau bertindak," harapnya.
Saharjoni (45) juga warga Kecamatan Manna menyampaikan, ada keraguan dan rasa cemas saat melalui pelintasan tersebut. Karena, pengendara dari Seginim tertutup oleh Tugu Kayu Kunyit. Sehingga, saat ada pengendara dari Bunga Mas melintas, sering terjadi kecelakaan.
Yang lebih ditakutkan lagi, sambung Saharjoni, para pengendara ibu-ibu atau wanita. Karena, saat melintas jarang sekali berhenti dan langsung menerobos masuk ke jalan utama.
"Mudah-mudahan ada solusi dari pemerintah," pungkasnya. (roh)