BINTUHAN – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kaur bertupaya tekan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB), oleh sebab itulah mereka melaksanakan kegiatan beberapa waktu lalu. Jumlah AKI sampai awal Desember 2024 ini ada 1 kasus, sedangkan AKB ada 16 kasus. Jumlah ini lebih tinggi dari tahun 2023 lalu yakni, 10 kasus. Jumlah kasus AKI dan AKB 2023 itu lebih sedikit dari 2022 lalu yaitu, 15 kejadian. Oleh sebab itulah, dalam pertemuan ini semuanya dibahas detail, apa penyebab dan pemicu terjadinya lonjakan kasus AKI dan AKB di 2024. Sehingga nantinya bisa diantisipasi untuk tahun 2025 mendatang, sehingga AKI dan AKB bisa diturunkan, bahkan kalau bisa nihil kejadian.
Kadis Dinkes Kaur Yasman, AMK, M.Pd melalui Kabid Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Noptitin Arianti, M.K.M menyampaikan, memang ada terjadinya peningkatan kasus AKI dan AKB 2024 ini. Katanya, ada 16 kasus AKB dan satu kasus AKI selama awal Desember 2024. Pihaknya kini terus mendata dan berharap tidak ada terjadi kejadian serupa sampai akhir tahun ini.
“Benar, sampai awal Desember 2024 ada 16 kasus AKB dan satu kasus AKI. Jumlah ini meningkat jika dibandingkan tahun lalu (2023). Karena itulah mereka telah membahas prihal ini bersama dokter spesial kandungan dan pihak terkait lainnya. Tujuannya, supaya kasus kematian AKI dan AKB ini bisa ditekan,” ujarnya.
Jika berkaca pada tahun 2022 lalu, Noptitin, salah satu penyebab utama peyebab kasus AKI adalah pendarahan. Kejadian pendarahan itu diderita sang ibu saat akan melakukan persalinan atau melahirkan. Sedangkan terjadinya AKB akibat banyak anak menderita Infeksi Saluran Pernapasn Akut (ISPA) sejak dalam kandungan. Sehingga saat anak itu lahir, mereka tidak bisa bernapas dengan normal. Karena itulah mereka kembali melakukan kajian secara mendetail dalam pertemuan yang telah dilakukan.
BACA JUGA:Cegah Kematian Ibu dan Anak, Ini Langkah Dinas Kesehatan Kaur
BACA JUGA:Percepatan Pencegahan Stunting, Dinkes Kaur Orentasi KAP, Ini Peserta Kegiatannya
“Saya masih cenderung kasus AKI dan AKB meningkat ini akibat dari hal yang sama seperti 2022 lalu. Kasus AKI meninggal akibat pendarahan dan kasus AKB karena ISPA,” tuturnya.
Lanjutnya, kalau hal itu sama seperti yang disampaikan. Maka solusi yang ditempuh sama seperti 2023 lalu, menggalakan Posyandu. Sebutanya, perlu diketahui, pada 2023 lalu Dinkes Kaur telah membagikan 233 Antropometri ke seluruh Puskemas dan Posyandu. Peralatan ini untuk melakukan pengukranb terhadap bayi yang baru lahir, dengan harapan pelayanan kesehatan ibu dan anak lebih maksimal. Ia menegaskan, dalam prihal kasus AKB dan AKI semua petugas kesehatan tidak boleh berdiam diri. Semua harus aktif memberikan masukan atau sosialiasi kepada ibu hamil, sehingga secara langsung dan tidak langsung bisa menekan AKI dan AKB.
“Tingginya kasus AKB dan adanya AKI ini PR, harus dilakukan upaya semaksimal mungkin. Sehingga ke depan kasus ini di Kabupaten Kaur bisa terus menurun, bahkan zero,” tuntas Noptitin.