"Kami telah kehilangan pegawai akibat kerja sama kami di Gaza dan siap untuk kehilangan lebih banyak lagi," ungkap Karp.
Pernyataan ini menunjukkan bahwa Palantir menyadari risiko reputasi dan konsekuensi sosial dari kerja sama mereka dengan Israel.
BACA JUGA:Wisata Air di Desa Wisata Atue Mengoda, Perhatikan Keistimewaan Didapat di Sini
Langkah Storebrand juga sejalan dengan kebijakan pemerintah Norwegia, yang telah mengeluarkan peringatan kepada perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam aktivitas ekonomi atau finansial di wilayah Palestina yang dijajah.
Peringatan tersebut menunjukkan bahwa pemerintah Norwegia mengambil posisi tegas terkait isu-isu hak asasi manusia dan legalitas pendudukan wilayah Palestina oleh Israel.
Pada bulan Juli, Pengadilan Internasional PBB juga menyatakan bahwa pendudukan Israel di wilayah Palestina adalah ilegal.
Ini menambah tekanan pada perusahaan-perusahaan yang beroperasi di kawasan tersebut dan meningkatkan kesadaran publik tentang dampak dari investasi dan operasi bisnis di area yang sedang mengalami konflik.
BACA JUGA:Meskipun Terus Perang, Israel Kaya Raya, Ternyata Ini Penyebabnya
Storebrand menekankan bahwa analisis yang dilakukan terhadap Palantir menunjukkan bahwa perusahaan tersebut menyediakan produk dan layanan yang termasuk "sistem keamanan berbasis kecerdasan buatan" yang mendukung pemantauan Israel terhadap Palestina di Tepi Barat dan Gaza.
Dengan penjualan saham ini, Storebrand menunjukkan komitmennya terhadap tanggung jawab sosial dan etika dalam investasi, serta penolakan terhadap pelanggaran hak asasi manusia.
Keputusan ini bukan hanya berdampak pada Palantir, tetapi juga mencerminkan tren yang lebih luas di kalangan investor global yang semakin sensitif terhadap isu-isu sosial dan politik, serta dampak dari investasi mereka terhadap masyarakat di seluruh dunia.