Melansir kabarnias.com, Selasa 29 Oktober 2024.
Hilimondregeraya pun punya potensi wisata yang tidak kalah menarik.
Utamanya tentu rumah adat. Meski merupakan replika, tetapi omo sebua yang diresmikan pada 2012 lalu ini tetap memesona.
Dengan luas 8,5 meter x 14 meter ini menyimpan desain, ukiran dan benda seni khas Nias.
BACA JUGA:Desa Wisata Lau Bagot Sumatera Utara Unik, Penduduknya dari Beragam Etnis
BACA JUGA:Desa Wisata Silalahi II, Inilah Pesona Keindahan Pantai Danau Toba Terkini
“Di kecamatan ini ada tiga omo sebua, di Desa Hilimondregeraya, Hilifalagõ dan Hilimaziya’ua, tetapi sekarang sudah hancur semua. Omo sebua yang ada di Desa Hilimondregeraya ini sengaja tidak divarnis supaya kelihatan alami dan tua,” ujar Andreas Folakhõmi Harita atau Ama Masioho Harita (64), keturunan bangsawan desa tersebut mengutip kabarnias.com.
Pesona berikutnya terletak pada kebersihan dan kerapian desa. Ini terlihat dari susunan batu yang menjadi ‘lantai’ desa.
Batu-batu tersebut, kata Ama Masioho, diperoleh dari tempat yang cukup jauh dan diangkut beramai-ramai dengan menggunakan kapal.
Begitu pula dengan lompat batu sebagai ikon yang tidak boleh terlewatkan.
Lompat batu sebagai sarana menguji kekuatan para pemuda pada masa lalu ini.
Hingga sekarang masih berdiri dengan kokoh dan masih sering digunakan untuk latihan dan pertunjukan.
Selanjutnya ada pemandian umum atau hele. Hele seluas sekitar 10 meter persegi ini dibagi dua, untuk laki-laki dan perempuan.
Air yang mengalir ke pemandian ini berasal dari mata air yang terlindung di balik bukit sehingga jernih dan menyegarkan.
“Setiap desa harus ada pemandian umum khusus yang harus dibagi antara perempuan dan laki-laki. Kalau sekiranya laki-laki ke tempat perempuan maka ada hukumannya, yakni mempersembahkan seekor babi ukuran 4 alisi dan 1 pau emas. Sampai sekarang aturan ini masih berlaku,” ungkapnya.
Selanjutnya ada pemandian umum atau hele.