"Sebelum terlambat baiknya cepat lakukan penanggulangan," tutupnya.
Peternak asal Seginim Wahyudi mengaku, dirinya terpaksa menyembelih kebau miliknya karena telah terpapar penyakit tersebut.
Langkah tersebut dilakukannya untuk mengantisipasi kerbau tersebut mati mendadak. Oleh sebab itu, dirinya lebih memilih menyembelih ternaknya itu.
"Kalau dijual toke, kerbau ini paling dibeli dengan harga sangat murah. Bahkan hanya Rp 5 juta. Padahal, normalnya Rp 15 juta - 25 juta," keluhnya.
Wahyudi berharap penyakit ngorok pada kerbau tersebut dapat diatasi oleh pemerintah. Sampai saat ini pemilik ternak sangat waspada terhadap penyakit itu.
"Penyakit ini datang mendadak, jadi kalau pemiliknya belum tahu maka kerbau tersebut mati saat itu juga," pungkasnya.
Sementara itu, Kadis Pertanian melalui Kabid Peternakan dan Kesehatan Hewan Ikat Alimin saat dikonfirmasi, Senin 21 Oktober 2024 mengakui banyak ternak mati mendadak di Kabupaten BS.
Tercatat, hingga saat ini sudah ada 209 ekor ternak seperti sapi dan kerbau yang mati mendadak. Terbanyak di Bunga Mas, dan Pino Raya.
"Dari 209 ekor ternak mati mendadak, 27 ekor ternak sapi, dan 182 ekor ternak kerbau. Terbanyak di Pino Raya dan Bunga Mas," kata Kabid.
Lebih lanjut Kabid, untuk upaya pencegahan pihaknya terus melakukan penyuntikan vitamin dan penyemprotan obat kepada ternak yang terjangkit. *