Dikutip dari www.kompas.com, Jepang harus mengambil alih wilayah yang menghasilkan sumber daya ini agar mampu bertahan dalam pertempuran yang panjang.
Oleh karena itu, Jepang menjadikan Belanda sebagai target invasinya.
Jepang mengajukan beberapa tuntutan kepada Belanda pada Februari 1940. Jepang meminta peningkatan perdagangan bauksit Hindia Belanda.
Jepang juga ingin lebih banyak minyak mentah dan bauksit.
BACA JUGA:Menjajah Hanya Seumur Jagung, Ternyata Ini Infrastruktur Peninggalan Jepang di Indonesia
BACA JUGA:TERNYATA! Ayah Prabowo Subianto Diidolakan Habibie, Simak Profilnya
Kemudian, Jepang melarang media Hindia Belanda untuk menulis apa pun yang berisi semangat anti-Jepang.
Beberapa permintaan Jepang tersebut dapat dikabulkan oleh pemerintah Belanda, seperti memasok lebih banyak bauksit, meski tidak sebanyak yang diminta oleh Jepang.
Namun, karena pemerintah Jepang belum mencapai kesepakatan dengan perusahaan eksplorasi tambang sebelumnya, Belanda tidak menjanjikan penambahan pengiriman minyak bumi.
Sedangkan tuntutan Jepang yang lain tidak disetujui.
Sasaran utama Jepang mulia saat menyerbu Hindia Belanda adalah pengeboran minyak di Tarakan, Balikpapan, dan Palembang.
Gerakan maju ini dimungkinkan setelah pertahanan Hindia Belanda di utara Pulau Sulawesi berhasil dilumpuhkan pada 26 Desember 1941.
Selain itu, pangkalan dan pertahanan udara Hindia Belanda di Tondano, Sulawesi Utara, mudah dihancurkan oleh kekuatan udara Jepang.
6.000 tentara Jepang mendarat di Tarakan pada malam 10 hingga 11 Januari 1942. Pertempuran mulai terjadi setelah mendarat. Kobaran api melanda tangki penampungan hasil pengeboran.
Sekitar 1.300 tentara KNIL atau tentara Hindia Belanda yang merasa pesimis akhirnya memutuskan untuk menyerah pada 12 Januari 1942.
Setelah Tarakan, target berikutnya adalah Palembang, yang merupakan sumber minyak mentah yang menghasilkan setengah dari produksi Hindia Belanda.