Monitoring dan Pendampingan Keluarga Resiko Stunting, TPPS Bengkulu Selatan Lakukan Uji Petik
TPPS Kabupaten BS saat melakukan kegiatan monitoring KRS di dua desa di BS, Selasa 14 Mei 2024. Foto: ROHIDI/RKa--
Monitoring dan Pendampingan Keluarga Resiko Stunting, TPPS Bengkulu Selatan Lakukan Uji Petik
BENGKULU SELATAN (BS) - Dalam rangka monitoring sekaligus pendampingan Keluarga Resiko Stunting (KRS). Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kabupaten BS mendatangi dua desa, Selasa 14 Mei 2024.
Dalam kegiatan tersebut, TPPS juga bersama OPD teknis diantaranya, Bappeda-Litbang, Dinas PPKBP3A, dan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten BS.
Adapun, kedua desa yang didatangi TPPS dan rombongan tersebut yakni, Desa Lawang Agung Kecamatan Kedurang dan Desa Padang Lebar Kecamatan Seginim.
BACA JUGA:Bupati Gusnan Kembali Bermalam di Dusun dan Bawa Langsung OPD Pelayanan, Berikut Kegiatannya
BACA JUGA:Wabup Pali Lantik 12 PNS dan 601 PPPK, Nakes Ini Ungkap Gaji Saat Jadi Honorer
Agenda tersebut didampingi oleh TIm Pendamping Keluarga (TPK) dan PKB Kecamatan Kedurang, Kecamatan Seginim, dan Kecamatan Kota Manna yang melakukan uji petik bersama Perwakilan Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Provinsi Bengkulu.
Ketua TPPS Kabupaten BS juga sekaligus Wabup Bs H. Rifa'i Tajuddin, S.Sos membenarkan, saat ini pihaknya tengah melakukan monitoring dan pendampingan bagi desa yang terdapat KRS.
Ketua menjelaskan, KRS sendiri adalah keluarga yang memiliki satu atau lebih faktor risiko stunting yang terdiri dari keluarga yang memiliki anak remaja putri, calon pengantin.
Atau bisa jiga ibuu hamil, anak usia 0-23 bulan, anak usia 24- 59 bulan berasal dari keluarga miskin, pendidikan orang tua rendah, sanitasi lingkungan buruk, dan air minum tidak layak.
BACA JUGA:Hewan Kurban Mesti Kantongi SKKH, Jaminan Terpenuhi Syarat Ibadah Kurban
BACA JUGA:Tabrak Sapi Liar di Jalinbar,Korban Luka-Luka, Kapolsek Sampaikan Ini
"Ada dua desa yang sudah dilakukan monitoring yakni, Desa Lawang Agung Kecamatan Kedurang dan Desa Padang Lebar Kecamatan Seginim," kata Ketua TPPS.
Rifa'i melanjutkan, untuk menurunkan stunting diperlukan intervensi spesifik sebesar 30 persen dan intervensi sensitive sebesar 70 persen. Oleh karena itu, pendekatan dan pendampingan sangat penting dilakukan.