Kurangi Emisi Karbon, Pembangunan IKN Gunakan Tiga Konsep Ini
Desain IKN.-Sumber foto: jawapos.com-
KORANRADARKAUR.ID - Kurangi Emisi Karbon, Pembangunan IKN Gunakan Tiga Konsep Ini
Pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di Kalimantan Timur menggunakan tiga konsep, mulai dari sebagai kota hutan (forest city), kota spons (sponge city) dan kota cerdas atau smart city.
Direktorat Jenderal Perumahan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mengungkapkan, penerapan material konstruksi hijau (green material) pada pembangunan IKN dapat mengurangi emisi karbon.
"Dalam mengantisipasi perubahan iklim dan bencana, pembangunan IKN Nusantara telah menerapkan aspek kunci kebijakan rendah emisi atau net zero emission,” ujar Direktur Jenderal Perumahan Iwan Suprijanto dikutip dari jawapos.com Selasa 23 April 2024.
Dalam pembagunan, memprioritaskan penggunaan material bangunan dengan konsumsi energi dan jejak karbon rendah (low embodied carbon).
BACA JUGA:Persoalan Lahan di IKN Belum Tuntas, Segini Luasnya, Berikut Penjelasan AHY
BACA JUGA:4 Oli Motor Matic Yamaha, Simak Jenisnya, Jangan Keliru
Mayoritas bahannya berasal dari sumber-sumber lokal atau hasil daur ulang. Selain itu, menggunakan material dan teknologi dengan dampak lingkungan yang positif atau dengan tingkat kerugian minimum.
"IKN, bertujuan untuk mengurangi emisi karbon sebanyak 18 persen, yang secara tidak langsung dapat mengubah struktur ekonomi wilayah tersebut. Dari awalnya lebih cenderung kepada ketergantungan ekonomi terhadap sumber daya alam menjadi kebergantungan ekonomi terhadap pelayanan dan jasa,” ujarnya.
Dalam pembangunan beberapa produsen material konstruksi telah mengembangkan teknologi produk agar dapat memenuhi kriteria material konstruksi hijau (green material).
Pembuatan material konstruksi dan komponen/bahan yang digunakan memiliki dampak lingkungan lebih baik dibandingkan material konvensional.
Sejumlah material konstruksi hijau saat ini telah dikembangkan perusahaan dalam negeri dan telah digunakan pada pembangunan di IKN.
Seperti produk semen hidraulis yang memiliki kadar klinker lebih rendah yang membuat emisi karbon yang dihasilkan lebih rendah dibandingkan semen konvensional.
Kemudian cat dengan komponen kimia/senyawa volatile organic compound (VOC) yang rendah dan mengandung bahan nabati yang mampu mengurangi keseluruhan jejak karbon.