Sederhana, Ini Jenderal Polisi Layak Diteladani
Jenderal Polisi (Purn.) Drs. Hoegeng Iman Santoso. -Sumber foto: kabarpolri.com-
RADAR KAUR - Apa yang terlindas di benak pembaca Radar Kaur saat mendengar seseorang yang berprofesi sebagai Polisi?
Mungkin, sejenak yang terlintas adalah sosok yang gagah penuh wibawa. Serta orang tersebut memiliki kehidupan yang mapan dan cenderung mewah. Sebab, salah satu ASN ini memiliki gaji bulan serta tunjangan profesi serta gaji pensiun.
BACA JUGA:ANDA MAU PRODUKTIF! Berikut Tips Menjadi Orang Produktif Beserta Keuntungannya
Namun tahukah pembaca. Ternyata ada seorang Polisi yang hidupnya penuh kesederhanaan. Walaupun dia telah berpangkat Jenderal Polisi dan pernah menjabat sebagai Kapolri.
Dirinya pernah menyatakan lebih baik hidup melarat daripada harus menerima suap. Di mata masyarakat dan pers sosok ini dikenal sebagai Polisi yang paling berani juga jujur dan anti korupsi.
Sosok yang sangat patut diteladani itu adalah Jenderal Polisi (Purn.) Drs. Hoegeng Iman Santoso. Sosok ini merupakan Kapolri ke-5 yang menjabat tahun 1968-1971.
BACA JUGA:Menjadi Korban Hipnotis, Ini yang Didapat Nenek Husni, Simak Langkah Kapolres Kaur
Melansir laman disway.id, Minggu 3 Maret 2024. Setidaknya tercatat tiga peristiwa yang membuat pria kelahiran Pekalongan Provinsi Jawa Tengah tahun 1921 itu layak diteladani.
Kejadian pertama, yakni ketika beliau akan disuap oleh salah satu pengusaha. Dikisahkan, pengusaha tersebut memintanya untuk tidak melanjutkan kasus penyelundupan.
Pengusaha tersebut juga mengirim hadiah berupa barang-barang ke rumah Hoegeng. Tetapi ia menolak semua barang yang dikirim ke alamatnya, ia kembalikan lagi. Ini prilaku seorang kesatria negara yang layak ditiru.
BACA JUGA:WAW! Ops Nala Dimulai, TO Banyak Terjadi di Kaur
Sedang kejadian kedua, adalah kala beliau turun langsung mengatur lalu lintas. Meski memegang posisi tertinggi dalam tubuh kepolisian.
Dia yang berprinsip jika Polisi adalah pelayan masyarakat. Karenanya, tanpa ragu dan bimbang turun ke jalan raya dan mengatur arus lalu lintas, walaupun dia merupakan seorang jenderal.
Peristiwa ketiga terjadi tahun 1955. Kala itu dia yang masih berpangkat Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) mendapat tugas memberantas penyelundupan dan perjudian di Sumatera Utara (Sumut). Mengetahui ini, para penyeludup mengutus orang untuk menemui Hoegeng.