Peran Etnis Tionghoa dalam Kemerdekaan RI Begitu Besar, Simak Kisahnya di Bengkulu
Rumah Pengasingan Bung Karno di Bengkulu menjadi saksi bisu peran etnis Tionghoa dalam kemerdekaan RI. Sumber foto: koranradarkaur.id--
Dia bahkan pernah menjabat ketua Partai Masyumi Bengkulu di tahun 1946-1960. Pada tahu 1967-174, dia aktif menjabat sebagai Pimpinan Harian Masjid Istiqlal Jakarta.
Karim Oei tercatat sejarah meninggal dunia pada 14 Oktober 1988 di usia 83 tahun. Jenzahnya dimakamkan di TPU tanah kusir, berdekatan dengan Maemunah Mukhtar, istrinya yang wafat pada tahun 1984.
Untuk mengenang Karim Oei. Beberapa organisasi seperti Nahdatul Ulama (NU) , Muhammadiyah, Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI), Al-Washliah, Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) dan beberapa tokoh muslim Tionghoa.
Mereka mendirikan sebuah Yayasan Haji Karim Oei. Yayasan tersebut mendirikan dan mengelola Masjid Lau Tze yang terletak di daerah Pecinan Jakarta.
BACA JUGA:Peringatan HUT Kemerdekaan RI Momentum Membangun Indonesia
Peran Lainnya
Untuk peran yang dilakukan etnis Tionghoa lain dalam Kemerdekaan RI. Banyak etnis masyarakat Tionghoa berperan penting dalam mewujudkan kemerdekaan Indonesia.
Dalam buku dengan judul 'Arus Cina-Islam-Jawa' karya Sumanto al Qurtuby (2003). Buku ini mengupas bahwa peran orang-orang Tionghoa dalam Islamisasi Jawa sangat signifikan. Terutama dalam abad-abad ke-15 dan ke-16.
Buku tersebut memberi argumen yang kuat atas peran orang-orang Tionghoa atas Islamisasi tanah Jawa. Disusun dengan pengkajian sumber sejarah dan artefak.
Penulisnya mengemukakan teori akan adanya budaya Cina-Islam-Jawa yang begitu penting dalam penyebaran agama Islam.
BACA JUGA:Sosok R.A Baswedan dalam Memperjuangkan Kemerdekaan RI, Ini Kiprah dan Kontribusinya
Ada lagi buku karya Andjarwati Noordjanah (2004) yang berjudul 'Komunitas Tionghoa di Surabaya (1910-1946)' yang mengungkap peran etnis Tionghoa dalam mendukung kemerdekaan Indonesia.
Dalam buku itu, disebutkan bahwa para etnis Tionghoa melakukan perlawanan terhadap sekutu pada 1946 melalui pemogokan ekonomi.
Akibatnya pemogokan, ekonomi di Surabaya lumpuh. Baru setelah panglima tertinggi tentara sekutu mengajukan permohonan maaf dan memenuhi permintaan komunitas Tionghoa. Maka perdagangan dan perekonomian kembali normal.
Itulah sepenggal kisah sejarah tentang peran etnis Tionghoa yang beru saja merayakan Tahun Baru Imlek beberapa hari lalu. Dalam perjuangan kemerdekaan RI.