Masjid Jami Ambon Jadi Saksi Bisu Peperangan Melawan Penjajah, Pernah Kebanjiran dan Terbakar
Masjid Jami Ambon saksi bisu peperangan melawan penjajah-sumber foto: Koranradarkaur.id-
KORANRADARKAUR.ID – Masjid Jami Ambon kini berdiri megah, perlu diketahui masjid ini merupakan saksi bisu peperangan melawan penjajah. Dengan megahnya masjid ini, kini menjadi tempat persinggahan musafir.
Masjid yang pernah kebanjiran dan kebakaran masa lalu, kini sudah berdiri megah. Masjid saksi bisu peperangan melawan penjajah ini beralamat di Jalan Sultan Babullah Kecamatan Nusaniwe Kota Ambon Provinsi Maluku.
Masjid mulanya didirikan tahun 1860 M di atas tanah wakaf oleh seorang janda bernama Kharie. Waktu itu bangunan yang sangat sederhana, namun kini sudah megah jadi tempat persinggahan musafir.
Bahkan masjid saksi bisu peperangan melawan penjajah ini kini menarik perhatian masyarakat luas. Sekarang masjid ini jadi tempat destinasi wisata religi.
Hingga kini masjid jadi tempat persinggahan musafir untuk salat dan istirahat, masjid beriri dekat Sungai Wai Batu Gajah yang pernah kebanjiran dan kebakaran.
Masjid awalnya bangunan hanya sederhana ukuran kecil. Tapi setelah dilakukan pembaharuan, masjid ini bisa menampung 1898 jamaah.
BACA JUGA:Masjid Raya Al-Munawwaroh Berdiri di Tepi Pantai dan di Depan Pegunungan
BACA JUGA:Menyerupai Taj Mahal India, Masjid Ramlie Musofa Tempat Favorit Musafir
Bangunan masjid dipugarkan dan dibesarkan lagi dengan beratap seng, serta sudah dapat menampung jamaah dalam jumlah banyak.
Dikutip dari laman duniamasjid.islamic.center.or.id, Masjid Jami Ambon perjalanan yang cukup panjang dalam pembangunannya awalnya pernah dilanda banjir besar.
Bahkan banjir bandang sempat menghanyutkan rumah penduduk sekitar tahun 1933 dan masjid juga mengalami kehancuran akibat banjir besar tersebut.
Kemudian masjid yang penuh perjalanan yang panjang sebelum berdiri megah ini kembali dibangun tahun 1936 dipelopori oleh Imam Ambon.
Pembangunan masjid atas swadaya murni masyarakat muslim Pulau Ambon dirampungkan pada tahun 1940 ketika masuknya tentara Jepang ke Indonesia.
Bahkan pembangunan masjid seiring waktu dikelolah oleh pihak yayasan dan dimanfaatkan untuk salat dan bermacam kegiatan sosial yang bermanfaat untuk masyarakat.