Masjid Damarjati Salatiga Peninggalan Masa Peperangan, Kini Jadi Persinggahan Musafir
Masjid Damarjati Salatiga peninggalan masa peperangan Belanda tetap berdiri kokoh.-Sumber foto : koranradarkaur.id-
KORANRADARKAUR.ID – Masjid Damarjati Salatiga merupakan masjid peninggalan masa peperangan melawan penjajah Belanda dan kini jadi persinggahan musafir.
Masjid Damarjati Salatiga beralamat di Dukuh Krajan RT 02 RW 05 Kelurahan Salatiga Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga merupakan masjid peninggalan masa peperangan melawan penjajah Belanda.
Masjid dibangun pada tahun 1826 silam merupakan masjid peninggalan masa peperangan melawan Belanda begitu dikenal dan hingga kini banyak jamaah dan jadi tempat persinggahan musafir.
Masjid ini merupakan masjid tertua di Salatiga dan setiap tahunnya sudah jadi tradisi turun temurun tempat warga menyediakan takjil untuk buka puasa saat bulan Ramadan.
Masjid elok dan bersih dengan tantanan rapi ini merupakan masjid kebanggaan masyarakat Salatiga yang begitu dekat dihati warga tempat salat berjamaah.
BACA JUGA:Sediakan Kamar Tidur Representatif, Masjid Ini Raih Prestasi Terbaik dari Kemenag
BACA JUGA:Masjid Al-Jabbar Bandung Megah, Memiliki Patung Berwarna Emas
Jadi persinggahan musafir karena begitu nyaman dan sangat mudah dijangkau lantaran letaknya di pinggir jalan lintas ramai penduduk.
Dikutip dari laman jateng.inews.id, Masjid Damarjati Salatiga begitu nyaman sebagai pusat ibadah bagi masyarakat sekitar dan musafir sering singgah.
Masjid dengan ruang ibadah begitu luas bisa menampung ratusan orang dengan halaman juga luas yang dapat menyiapkan tempat parkir kendaraan.
Masjid didirikan oleh Kiai Ronosetiko dan Kiai Sirojudin orang Kerajaan Mataram dan bahkan pembangunan masjid ketika peperangan melawan pemerintah kolonial Belanda oleh Panggeran Diponegoro.
Berdirinya masjid waktu itu dapat menyebar syiar agama islam dan mengajak masyarakat untuk dapat meluangkan salat secara berjamaah.
Awalnya dibangun sebuah langgar setelah proses perjalanan panjang berdirilah bangunan masjid tempat syiar agama islam untuk dikembangkan sebagai tempat beribadah pada sang pencipta.
Bahkan masjid tersebut bukan hanya untuk beribadah pada sang pencipta namun dimanfaatkan para pejuang untuk mengatur semua strategi dalam menghadapi kolonial Belanda.